Chapter-16

120K 4.6K 211
                                    

Mata Aleta mengerjap pelan saat sinar matahari masuk kedalam retina matanya. Aleta meraba kasur disebelahnya mencari keberadaan Detra, namun yang ia temukan hanya bantal guling. Aleta menyipitkan matanya bangun dari posisi tidurnya. Ketukkan pintu dari arah kamar semakin membuat kesadaran Aleta sepenuhnya terkumpul. Dengan gerakan malas Aleta menuruni ranjang berjalan menghampiri pintu.

Aleta membuka membuka pintu secara perlahan. Kenzi sudah bersandar disamping pintu sudah rapi mengenakan kaos putih dibalut jaket army, khas sekali penampilan Kenzi saat akan berangkat kuliah.

"Hmmm apa?" Aleta menghentakan dagunya pelan sambil memggaruk perutnya yang terasa gatal.

Kenzi bergidik melihat penampilan bangun tidur ala Aleta. Rambut acak - acakkan, wajah beler, dan parahnya lagi lingkaran hitam dibawah mata. Jam berapa Aleta tidur? Kenzi bisa menebak kalau Aleta pasti tidur lebih dari tengah malam.

"Tidur jam berapa?" Kenzi balik bertanya. Nadanya penuh penasaran.

"Nggak tau," Aleta mengangkat bahu acuh "Detra mana?"

Kenzi mengerutkan keningnya "Detra? Mana abang tau sih, ya dirumah lah,"

Kenzi menyipitkan matanya curiga. Jari telunjuknya mendorong kening Aleta berkali - kali. Apa ini alasan Aleta bangun siang, karena diam - diam Detra datang tadi malam.

"Oh tadi malam Detra kesini?" tanya Kenzi memancing Aleta. Sengaja ia bertanya seperti itu mengingat lagi sepertinya Aleta belum sepenuhnya sadar.

Aleta mengangguk pelan "iya. Sempat numpang tidur juga disini, tapi kayaknya udah pulang deh," terang Aleta jujur.

Kenzi mengerutkan bibirnya gemas. Kurang ajar si Detra "tidur dimana?"

"Tuh tidur dikasur bareng Aleta. Untung aja Detra tadi malam datang jadi Aleta bisa tidur tenang," celoteh Aleta sambil terkekeh kecil membayangkan kejadian tadi malam dimana Detra memeluknya erat hingga membuatnya bisa tertidur nyenyak.

"Detra ngapain kamu?" Kenzi bertanya dengan nada setengah menggeram. Memang sialan Detra, berani sekali Detra menyelinap masuk kekamar Aleta malam - malam. Dan parahnya adik bodohnya ini diam saja, malahan terlihat kesenangan.

"Cuma meluk aja kok ter_ awww bang!" Aleta menjerit kesakitan saat merasakan cubitan keras dipinggangnya. "sakit!"

"Kamu biarin Detra masuk kamar kamu tadi malam?"

Aleta membungkam mulutnya enggan menjawab pertanyaan Kenzi. Wajah Kenzi terlihat memerah dengan mata melotot seakan ingin keluar dari tempatnya sudah bisa menunjukkan jika saat ini Kakaknya itu sedang marah besar. Kesialan apa pagi ini menimpa Aleta bisa - bisanya baru bangun tidur sudah mendapatkan omelan dari Kenzi.

"Jawab!" sentak Kenzi marah.

Aleta mengernyitkan satu matanya merasa takut dengan sentakan Kenzi. Baru kali ini Kenzi terlihat marah besar. Kalau tadi Detra masoh bertahan tidur disampingnya, Aleta bisa menebak jika Kenzi bisa jauh lebih marah dari ini. Setidaknya Aleta bisa bernapas lega karena Detra sudah pergi dari kamarnya. Kalau ada, sudah habis Detra kena pukul dan makian Kenzi.

"Kamu mau abang aduin ke Mama?" ancam Kenzi.

"Jangan!" sergah Aleta cepat, ia menggigit bibir bawahnya sembari memainkan jari - jarinya gelisah.

"Tadi malam Detra bilang berantem sama Mama Cessa terus dia kesini buat nenangin diri. Cuma sebentar bang, lagian nggak ngapa - ngapain kok,"

Kenzi menjetik bibir Aleta merasa gemas dengan jawaban konyol Aleta. Berdua didalam kamar yang belum muhrim tetap saja tidak boleh. Terlepas dari kalimat nggak ngapa - ngapain itu tetap saja dilarang. Kalau tahu tadi malam Detra datang, Kenzi sudah terang - terangan mengusir Detra pergi. Lagi pula darimana Detra masuk? perasaan Kenzi tadi malam tidak ada satupun ada orang membuka pintu utama.

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now