Chapter 13

105K 5.2K 329
                                    

Revorio Atmajaya putra tunggal Reihan Atmajaya yang meninggal akibat kecelakaan.

Kecelakaan Revorio masih menjadi misteri. Ada apa sebenarnya?

Polisi ungkap sebab kejadian tewasnya putra tunggal Reihan Atmajaya tidak wajar.

Aleta melemparkan ponselnya keatas ranjang setelah puas membaca artikel perihal kasus kecelakaan Revo yang sudah lewat lebih dari satu minggu ini masig menjadi berita yang hangat. Sudah Aleta duga sebelumnya, kematian Revo memang terkesan tidak wajar. Aleta yakin pasti ada seseorang dibalik kecelakaan yang menimpa Revo, seperti sudah terencana dan hebatnya tidak ada satupun meninggalkan jejak.

Aleta bukannya ingin mengungkit yang sudah - sudah. Ia juga tidak ingin terkesan ingin ikut campur, mengingat lagi dari keluarga Reihan kalau tak salah sudah menyewa beberapa orang khusus untuk menyelidiki kasus kecelakaan ini namun sampai sekarang belum menemukan titik terang. Aleta masih diliputi berjuta penasaran, kenapa Revo bisa melewati jalan berjurang dan sepi. Lagi pula rumah Revo berlawanan arah dari jalan tersebut. Apa disini hanya Aleta yang merasakan keanehan itu.

"Ini aneh." gumam Aleta sambil menggigit bibir dalamnya, matanya bergerak liar menatap selimut putih miliknya. Pikirannya saat ini benar - benar terpecah, Aleta tak bisa bohong kalau ia memang ingin mengungkap kasus kematian Revo.

"Gue yakin pasti ada orang terlibat di kasus kecelakaan Revo. Revo nggak mungkin pulang nglewatin jalan itu, gue kenal Revo. Revo nggak bakalan keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Gue inget banget sebelum pulang Revo sempat bilang nggak enak badan." Mata Aleta melebar, ia baru ingat satu hal. Malam itu selepas ia masuk kedalam rumah Aleta sempat mendengar teriakan seseorang. Jadi itu teriakan suara Revo?

Aleta menutup matanya menggunakan telapak tangannya. Rasa bersalah itu kembali datang menghampiri Aleta. Andai saja malam itu Aleta dengan cepat kembali keluar menghampiri Revo hanya sekedar memastikan keadaan Revo. Namun Aleta menganggap teriakan tersebut hanya halusinasi belaka. Aleta sungguh tidak tahu jika ada yang berusaha menyakiti Revo.

"Kenapa?" lirih Aleta bahunya berguncang hebat dibarengi dengan sesenggukan pilu, "kenapa gue nggak keluar waktu malam itu?"

Isakan tangis memenuhi kamar yang sepi dan juga remang. Aleta sengaja tidak menyalakan lampu kamarnya karena Aleta butuh kesendirian. Tanpa ingin diganggu siapapun. Kalau lampu kamar sudah mati tentu Mama dan Kenzi mengira Aleta sudah tidur.

"Harusnya gue nggak minta Revo buat nemenin gue ke taman. Pasti kejadian ini nggak bakalan dialami Revo." Aleta memukul ranjangnya penuh emosi melampiaskan semua amarahnya.

"Maafin gue Revo." Aleta memeluk lututnya erat lalu membenamkan wajahnya disana. Aleta membiarkan air matanya tumpah menangisi Revo. Revo adalah salah satu orang dari bagian masa lalu Aleta yang begitu Aleta sulit untuk dilupakan. Disaat dulu semua teman menjauhinya, hanya ada Revo yang setia menemani dan menjaganya. Sungguh Aleta tak memiliki rasa apapun pada Revo selain teman. Namun, ketika hubungan Aleta dan Revo akan membaik justru Revo meninggalkannya.

"Jangan sedih Leta, aku bakalan selalu ada disamping kamu."

"Leta aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku."

"Maafin aku. Aku udah bosan sama kamu makanya aku pacaran sama Lisa. Aku masih cinta kamu Leta aku juga nggak bisa bohong kalo.... Aku sayang sama Lisa."

Kalimat terakhir itu memang menyakitkan jika masih Aleta ingat. Tapi tidak sesakit dulu, hanya saja justru raut wajah Revo yang begitu ketakutan dan penuh rasa menyesal melintas dikepala Aleta. Bukan malah kalimat pengakuan yang dapat membuat Aleta merasakan tersakiti.

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now