01

354K 12.1K 379
                                    

Mata Aleta mengerjap beberapa kali mencoba menahan kantuk yang saat ini begitu mendera kedua bola matanya. Sudah dikasih minyak angin dibawah kelopak matanya masih saja mata itu tidak segar, bahkan Aleta sudah beberapa kali bolak - balik kekamr mandi hanya sekedar mencuci muka. Keterlaluan, padahal ini masih pelajaran jam pertama. Namun cewek berambut coklat itu malah terkantuk - kantuk dipagi hari.

Ini salah Aleta yang tadi malam harus begadang karena menemani sang ayah menonton bola hingga pukul 3 dini hari. Dan lebih parahnya Dito-ayahnya tidak ngeh kalau sang putri harus bersekolah, ditambah lagi tadi malam Aleta juga menikmati tontonan bolanya.

Untuk kesekian kalinya mulut Aleta menguap lebar dan itu mengundang decakan keras dari teman sebangkunya, Bunga.

"Ketauan Detra lo ngantuk - ngantukan dikelas habis lo diceramahin." Ujar Bunga sinis.

Aleta mengibaskan tangannya diudara lalu meletakkan kepalanya diatas meja. Matanya tertutup rapat, namun samar - samar Aleta bisa mendengarkan suara pak Johan yang tengah menjelaskan materi tentang barisa . Tahu, itu membosankan dan semakin membuat Aleta mengantuk.

"Ihh Leta jangan tidur! Ntar kalo pak Johan liat lo kaya gini bisa - bisa lo dilempar penghapus!" Bisik Bunga pelan sembari menggoyang bahu Aleta keras agar temannya itu mau membuka mata kembali.

"Gue ngantuk sumpah. Tadi malam nenemin Papa nonton bola." Gumam Aleta mulutnya kembali menguap "Bentar juga. Makanya lo jangan berisik biar nggak ketauan Bunga."

"Tapi Lei itu pak Jo.... "

Pletak...

Belum sempat Bunga menjelaskan satu lemparan penghapus yang dilayangkan pak Johan tepat mengenai pelipis Aleta.

Aleta sontak terbangun dengan mata yang terbuka lebar saat merasakan denyutan dipelipisnya, ketika Aleta menyentuhnya terasa perih. Bahkan Aleta sampai meringis kesakitan.

Suasana kelas berubah menjadi tegang, mengingat lagi siapa orang yang tengah ditatap penuh intimidasi  oleh pak Johan membuat semuanya bungkam. Tidak mau ikut campur.

"Atas dasar suruhan siapa kamu berani tidur dikelas saya?" Tanya pak Johan dengan suara tajam.

Aleta hanya bisa menunduk kaku tangannya masih menutupi bagian pelipisnya, yang memang masih terasa sakit. Pak Johan memang terkenal guru killer, guru bertubuh tambun itu tidak segan menghukum siapapun yang membuat kesalahan.

Lemparan penghapus semacam ini memang sudah sering pak Johan berikan kepada para muridnya yang secara tidak sopan diam - diam tertidur disaat beliau tengah mengajar. Tapi bukan itu masalahnya, Aleta sadar kalau dia lah murid perempuan pertama dikelas ini yang berhasil mendapatkan hadiah berupa lemparan penghapus dari guru itu. Dan, Aleta merasa malu.

"Ma... Maaf pak." Cicit Aleta pelan.

"Keluar kamu! Saya paling tidak suka mengajar murid pemalas seperti kamu!" Usirnya sarkas.

Aleta meneguk ludahnya susah payah. Ia melirik Bunga mencoba mencari pertolongan namun Bunga hanya dapat menggelengkan kepala miris sambil menatap Aleta prihatin.

Ok, jika sudah seperti itu maka Aleta hanya bisa diam.

"KAMU TIDAK DENGAR SAYA ALETA CANDRAWATI!" Teriak pak Johan.

Aleta perlahan menggeser tempat duduknya kebelakang lalu ia melangkahkan kakinya kedepan "Saya permisi pak."

"Keluar!"

Sekeluarnya Aleta dari ruang kelasnya. Cewek berambut coklat itu berjalan tidak tentu arah, koridor sekolah masih sangat sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Namun tidak sesepi koridor, dilapangan sana  ada anak XI IPA 1 sedang melakukan jam pelajaran olahraga.

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now