16

2.7K 176 33
                                    

15.55

Derap langkah kaki sepuluh orang pria menggema di lorong menuju lift. Lima menit kemudian, kesepuluh pria itu telah berada di hadapan Chanyeol. Salah seorang pria yang berjalan memimpin kesembilan lainnya adalah Kai.

Hana mendongak. Menyaksikan kedua pria yang Ia kenal tengah bertatapan satu sama lain. Beberapa detik berlalu. Belum ada pembicaraan diantara mereka.

"Dimana pria itu?" Tanya Kai membuka pembicaraan.

Chanyeol melirik Hana dari sudut matanya, lalu kembali menatap Kai.

"Dia masih aman dibawah pengawasan seorang ahli yang kubayar,"

Chanyeol memiringkan kepalanya, melihat jajaran pria berpakaian formal dibelakang Kai, "Bagaimana denganmu? Apa yang kau dapat?"

Kai menoleh ke belakang. Tangannya bergerak memberi tanda untuk salah seorang pria di belakangnya mendekat. Pria itu memberikan koper khusus yang ternyata adalah seperangat sistem komputer.

"Aku menggali informasi tentangnya. Tapi pihak yang melindungi pria itu masih terlalu kuat"

"Jadi, belum ada informasi apapun?"

"Well, sejauh ini baru satu yang kudapatkan"

Kai menyodorkan komputer itu pada Chanyeol.

"Pria itu pernah bekerja dengan CE Corp. Dibayar untuk membunuh pemilik
perusahaan saingannya di bidang pertambangan batu bara Kalimantan. Satu tahun yang lalu Alvaro berhenti, dan berpindah menjadi pembunuh bayaran perusahaan lain yang belum kita ketahui. Dan.. kaulah yang tengah diincar untuk dihabisi" Jelas Kai.

"Pesaing perusahaanku?"

"Ya, kau tahu sendiri. Setelah Ayah pergi, kekayaan kita bertambah. Saham dan perusahaan meningkat dan kini ada pada genggaman kita. Musuh kita sekarang ada dimana mana, Chanyeol"

"Kita harus diskusikan ini lebih serius. Bawa semua orang orangmu, kita keruang meeting sekarang. Tiffany, panggil para ahli bayaranku untuk turut serta"

Wanita yang diperintah Chanyeol itu segera bergegas melaksanakan tugasnya.

Satu persatu orang yang mengisi ruangan Chanyol mulai pergi menuju ruang meeting.

Chanyeol yang hendak pergi menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap Hana yang masih duduk diam di sofa.

"Kamu harus pulang. Papa bakal panggil Pak Herman buat jemput kamu ke sini. Jangan kemanapun sampai Pak Herman sampai!"

Hana mengangguk lirih.

Ruangan dingin milik Chanyeol kini telah sepi. Menyisakan Hana yang masih mematung di tempatnya. Ia tengah berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Percakapan antara Kai dan Chanyeol. Itu cukup membuatnya cemas.

"Apa yang harus gue lakuin?" Hana bergumam.

Gadis itu berdiri. Melangkahkan kakinya perlahan menuju daun pintu ruangan ini. Tangannya mulai mendorong pintu dan keluar dari ruangan.

Mata Hana menangkap sebuah pintu ruangan bercat putih. Sebenarnya itu hanya ruang kerja karyawan biasa. Tapi sekarang ada seorang pelaku percobaan pembunuhan Chanyeol di dalam sana.

Hana meneguk salivanya. Perlahan kakinya melangkah, membawa dirinya menuju pintu itu. Entah apa yang dipikirannya sekarang. Hana mengambil sebuah kotak P3K dari meja salah satu pekerja disana.

Kini Hana berada tepat di depan pintu ruang yang menjadi sel sementara bagi Alvarezel Zee. Tanpa diduga-duga, kunci pintu masuk ruangan itu masih menggantung di knop pintu. Mungkin sebuah kecerobohan orang orang pesuruh Chanyeol.

Daddy × Pcy[End]Where stories live. Discover now