Bagian 23

8.3K 1.3K 330
                                    

Dedarah
Bagian 23

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Bagi yang merayakan, bagaimana kesan kalian saat lebaran kemarin?

Pernahkah kalian kehilangan sesuatu? Apa yang paling kalian ingat dan bagaimana ceritanya?

Apa kalian pernah menemukan sesuatu? Apa yang kalian lakukan setelah itu?

Jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar bisa membaca masa depan, kalian akan menanyakan sesuatu padanya atau tidak? Jika iya, apa yang ingin kalian tanyakan?

Lebih memilih kalian mencium bau busuk setiap hari, atau kalian berbau busuk tetapi hanya orang lain yang bisa menciumnya bau itu (kalian sama sekali tidak merasa bau)?

○●○

Para warga mulai bergerak mencari Rajo, kami menyisir banyak tempat. Di malam hari, beberapa orang membawa obor dan lainnya membawa senter, kami menyebar menyusuri berbagai daerah. Dari pinggir irigasi, persawahan, perkebunan, hingga hutan. Aku dan Darma sedang berada di padang rumput, memegang senter menyorot ke berbagai arah.

"Rajo!" teriakku mungkin sudah ke seribu kali. "Di mana kamu?!"

"Minumlah," kata Darma yang baru saja mengeluarkan botol minum dari tas gendong yang dia bawa.

Aku menerimanya, menegak tanpa menyentuh mulut botol—jika aku menyentuhkan bibirku di sana, secara tidak langsung aku sudah berciuman dengan Darma.

"Lihatlah, ada kunang-kunang," kata Darma yang sepertinya sengaja agar fokusku sedikit teralihkan dari Rajo.

"Kuku-kuku orang mati," ujarku lirih.

"Itu hanya mitos," Darma terkekeh. "Saya akan menangkap satu untukmu," lanjutnya yang kemudian berlari seperti anak kecil ke arah kumpulan kunang-kunang yang hinggap di rerumputan itu.

Aku menyunggingkan senyum saat melihat Darma dengan susah payah mencoba menangkap kunang-kunang yang langsung terbang berhampuran itu. Indahnya saat mereka semua terbang, membuatku merasa hangat. Walau begitu, jantungku tetap perih menyadari bahwa Rajo—sosok yang paling aku sayangi—entah ada di mana.

Apakah dia aman? Apakah dia tidak apa-apa? Kekhawatiran terus muncul. Saat melihat ke arah kebun jagung di samping padang rumput ini, aku seperti melihat seorang anak kecil di sela-sela barisan rapatnya pohon-pohon itu. Rajo! Tidak salah lagi, itu Rajo! Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke arah kebun jagung itu.

"Rema!" Darma memanggilku.

"Rajo!" teriakku.

Entah itu Rajo sungguhan atau hanya sosok yang menyerupainya, aku tidak peduli. Aku tetap ingin bertemu dengannya. Dia masih di sana, berdiri diam. Aku terus belari menerjang rerumputan. Masuk ke sela-sela kebun jagung, aku cukup kesuhahan. Pohon jagung ini lebih tinggi dariku dan jarak antar pohonnya lumayan sempit.

"Rajo, ini Kakak," kataku. "Rajo, ke marilah!"

"Rema! Mau ke mana kamu?!" Aku tak mempedulikan panggilan Darma.

Rajo menghilang dari pandanganku. Ke mana dia? Aku terus melangkah walau daun-daun jagung ini seakan memintaku untuk kembali—mereka menghalangiku. Namun, aku tetap menerjang, menyorot senter ke berbagai arah dengan panik. Kuteriakkan nama Rajo berkali-kali.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang