Bagian 14

9.7K 1.5K 408
                                    

Dedarah
Bagian 14

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Menurut kalian, hantu banyaknya ada di tempat mana?

Sebutkan tempat angker yang terkenal di Indonesia!

Pernakah kalian percaya mitos? Jika pernah, mitos apa itu?

Percayakah jika kucing punya 9 nyawa?

Jika kalian masuk ke rumah hantu dan menemukan banyak sosok di sana (pocong, kunti, tuyul, genderuwo), lalu saat keluar kalian diberitahu kalau tidak ada orang di dalam rumah hantu itu? Apa perasaan kalian?

○●○

Kami buru-buru pergi dari kafe itu setelah membayar. Aku benar-benar panik sekarang. Darma terlihat kebingungan dengan tingkahku. Alih-alih pulang, aku justru memintanya untuk menuju ke kota. Aku tidak mau pulang dulu. Aku belum siap menghadapinya.

"Apa yang kau lihat tadi?" tanyanya.

"Di-dia," jawabku yang masih panik dan gemetaran. "Sosok itu. Wanita dengan rambut yang sangat panjang dan tangannya yang seperti gunting. Dia ada di langit-langit, rambutnya menyebar hampir ke seluruh arah. Dia sedang merangkak di sana," jelasku dengan menggebu-gebu.

Darma tampak ngeri, dia mencoba fokus menyetir sembari memikirkan respons atas penjelasanku. "Sekarang, kamu mau ke mana?" tanyanya.

"Ke tempat yang ramai dan terang," kataku. "Dia muncul saat tadi mati lampu, dan saat lampu kembali menyala, dia menghilang. Dia pasti takut cahaya."

"Baiklah, saya rasa tahu harus ke mana," kata dia. "Tempat yang akan selalu terang sepanjang malam."

Tiba-tiba, aku ingat buku merah itu, kuambil dari tas tanganku dan membuka halaman yang membahas tentang penyihir. "Ini yang ingin kubicaraan, tentang dia. Aku yakin jika dia adalah penyihir. Penyihir yang sudah mati dan kekuatannya tetap hidup. Kutukan itu bukan terletak dari rambutku yang bisa berdarah, tetapi tentang aku yang akan menjadi tumbal penyihir itu," jelasku yang lagi-lagi dengan menggebu. Aku masih sangat panik.

"Siapa pun dia, saya akan mencari tahu," ujarnya. "Tenangkan dirimu. Ada air mineral di loker, minumlah," suruhnya yang aku angguki.

Darma benar-benar bersikap layaknya seorang laki-laki. Dia tidak banyak bertanya ataupun menyalahkanku atas kepanikanku. Dia justru mencoba menenangkanku, dan menuruti kemauanku. Orang lain mungkin akan menganggapku sudah gila.

"Mengenai orang itu. Orang yang pernah memiliki masalah sepertimu. Kita bisa menemuinya hari Minggu," kata Darma yang tadi memang belum sempat membicarakan orang itu. "Aku sudah mendapatkan izin untuk mewawancarainya."

Aku fokus pada kata pernah. Itu berarti dia sudah sembuh. "Bagaimana dia bisa sembuh?"

"Itu yang akan kita tanyakan. Bagaimana dia bisa sembuh dan bagaimana dia bisa bebas dari sosok itu," kata Darma.

Benar juga. Jika orang itu pernah memiliki rambut yang berdarah, itu juga berarti dia pernah diteror oleh sosok yang sama sepertiku. Darma membuatku kagum. Tidak hanya karena dia bersikap sebagaimana laki-laki yang harus bersikap menurut persepsiku, tetapi dia juga sangat pintar. Dia punya koneksi dengan kepolisian, tokoh-tokoh yang berpengaruh di daerah ini, dan itu cukup berguna untuk mencari informasi apa pun. Dia seperti sebuah mesin pencari.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang