Bagian 17

8.9K 1.3K 627
                                    

Dedarah
Bagian 17

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Lebih suka baca cerita tentang CEO atau tentang Bad Boy?

Siapa Disney Princess favorit kalian? Alasannya?

Siapa superhero Marvel favorit kalian? Alasannya?

Jika kalian bisa memilih, kalian ingin menjadi pelari tercepat atau menjadi perenang tercepat?

Jika kalian menjadi seorang Raja/Ratu (kepala negara monarki) dan kalian merasa keturunan kalian tidak ada yang dapat dipercaya menggantikan posisi kalian, apa yang akan kalian lakukan?

Jika kalian terjebak di sebuah tempat yang akan meledak bersama seorang anak kecil dan seorang nenek, lalu ada seorang penolong yang datang untuk membantu melarikan diri dari tempat itu, tetapi sayangnya penolong itu hanya bisa menolong satu orang. Kalian akan melakukan apa?

○●○

Darma benar-benar menungguiku sampai aku selesai latihan berenang. Dia ada di samping mobilnya sembari merokok. Aku tidak suka laki-laki yang merokok, tetapi aku tidak akan menentangnya hanya karena hal itu. Kurasa dia merokok hanya untuk mengusir bosan dan dia tidak pernah terlihat merokok di sekolah—ada banyak siswa yang selalu merokok di warung samping sekolah.

"Aku duluan ya," kata Byru yang kemudian berjalan ke arah lain—kami keluar bersama.

"Hati-hati," jawabku yang melambai kecil ke pemuda tinggi itu.

Saat aku kembali memandang Darma, dia sudah membuang rokoknya. Dia melambaikan tangan ke arahku sembari tersenyum.

"Maaf ya, kau jadi menunggu lama," kataku.

Dia menggeleng. "Tidak apa-apa," jawabnya yang pandangan justru mengarah ke sesuatu di belakangku.

"Lihat apa?" tanyaku yang ikut menoleh ke belakang. Darma memperhatikan Byru.

Kami kembali saling tatap muka.

"Temanmu?" pertanyaan Darma membuatku menahan senyum. Apa dia cemburu?

"Iya, dia yang selalu mengajariku berenang," jawabku jujur.

"Oh," kata dia. "Saya juga bisa mengajarimu berenang," jawabnya.

"Bagaimana kalau kau ajari aku main bulu tangkis saja?" tanyaku.

Ekspresinya langsung antusias. "Boleh, ayo kapan?"

"Nanti kita bicarakan lagi," kataku, "ayo bukakan mobilnya."

"Ah siap, Tuan Putri," ujarnya sembari membuka pintu mobil untukku.

Aku hanya bisa tersenyum mendapat perlakuan seperti itu.

Kami berdua akan menuju ke rumah Sari. Aku masih kecewa karena tidak bisa mendapatkan apa pun dari rumah sakit tadi. Kak Resti bilang, ibunya sering seperti itu jika melihat wanita dengan rambut panjang. Maka dari itu, dia memakai kerudung agar tidak diserang ibunya. Namun, dia juga bilang kalau ada kalanya ibunya bisa diajak mengobrol dan bercerita. Kami pun akhirnya pulang dengan harapan suatu saat bisa ke sana lagi.

Darma adalah orang yang menenangkanku di rumah sakit tadi. Dia yang membuatku tidak larut dalam ketakutan. Aku bersyukur karena ada pemuda ini di sampingku. Dia bahkan rela menungguiku cukup lama. Rasanya akan begitu bersalah jika kelak aku tidak membalas budi atas jeri payahnya.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang