Jika ada yang bertanya, benarkah aku detektif SMA terkenal? Satu jawaban untuk itu adalah, salah.
Hei, jangan melihatku seperti itu hanya karena aku bicara sejujurnya, kuulangi lagi B-U-K-A-N ! Aku ini cuma amatiran yang kebetulan punya rasa ingin tahu yang kelewat gede, yang beberapa hari kemarin kebetulan juga dapat kesempatan buat mampang di koran.
Awalnya emang enak sih, narsis- narsis ria. Bergaya kayak detektif ulung yang nggak pernah meleset mengungkap kasus, tapi sumpah! Aku nggak punya kehidupan perfect. Ayolah, bung! ini kan bukan novel, otomatis, karakternya juga nggak bisa seenak jidat dibuat-buat. Aku ya, apa adanya ini, Cuma anak laki-laki tanggung beradik satu yang suka cengengesan seenaknya, anak SMA biasa banget, rada populer sih di sekolah, tapi kayaknya enggak populer-populer banget, buktinya, si Bella aja nggak kenal aku sama sekali padahal kami satu sekolah.
Ya aku maklum, sih. Sekolah kami kan sekolah favorit dengan siswa terbanyak se-jawa tengah, otomatis area sekolah kami juga sangat luas. Seumur-umur, aku belum pernah yang namanya jalan-jalan sekedar berkeliling seantero sekolahan seperti teman-temanku yang lain. Malas. Lagipula mereka paling akhir- akhirnya mampir ke kompleks adik kelas, buat apa lagi kalau bukan cari siswi cantik disana.
Yah, aku emang nggak terlalu paham sama selera cewek mereka. Aku juga nggak terlalu suka ngecengin cewek-cewek.
Oh iya, Mama dan Papaku orang yang sangat sibuk, mereka sering nggak ada di rumah, tapi itu nggak masalah karena mereka selalu sempat menyapa kami lewat video mail.
Mereka orangtua yang unik, saat tahu aku mulai menyelidiki kasus kebakaran rumah polisi itu secara serius, mereka justru mendukungku.
Padahal saat itu usiaku belum genap 11 tahun.
Mereka juga nggak protes saat aku bilang mereka berdua nggak boleh ikut campur dalam masalahku. Saat ini, mereka sedang ada urusan di luar negeri. Papaku, sang sutradara multi talent yang berprofesi sebagai dokter, kabarnya dapat tawaran pekerjaan di Korea. Adikku yang imut sekali nggak mau ikut meskipun dipaksa, katanya ia lebih suka nemenin kakaknya di Indonesia. Aku sih senang-senang aja soalnya di rumah ada yang masak. Tapi akibatnya, dia jadi bulan-bulanan keisenganku waktu senggang. Ah, aku jadi kasihan sama dia.
Selain kejadian kebakaran itu, aku punya masa kecil yang
menyenangkan. Ku beritahu satu rahasia ya, sebenarnya, Bella itu temen mainku waktu kecil, tapi kayanya dia lupa. Saat itu aku dan dia masing-masing masih berumur 4 dan 3 tahun. Wajar kalau dia nggak inget.
Semenjak sibuk mengusut kasus itu, aku hampir nggak punya waktu buat main-main atau kumpul bareng teman, bila ditambah dengan sifatku yang suka usil plus kelewatan cuek sama cewek, lengkaplah sudah gelar Pangeran Suci' yang disematkan oleh teman-teman padaku.
Okelah, kuakui aku emang bodoh dengan yang namanya perempuan, aku nggak kayak teman-temanku yang tiap hari dikerubungi cewek-cewek. Menurutku gadis itu cerewet dan ribet, daripada pusing mikirin mereka, lebih baik otakku digunain buat kasus itu. Iya kan?
Akan tetapi, mau pergi sejauh manapun, kita nggak akan pernah bisa menghindari berhubungan dengan yang namanya cewek. Itu betul banget, Bro, aku nggak lagi ngibul. Dunia ini kan, cuma dihuni cowok dan cewek, otomatis kita nggak akan bisa menghindari salah satu dari keduanya.
Contohnya si Pangeran Suci ini, di tahun ke-8 penyelidikanku, aku justru sudah berpartneran dengan 2 cewek yang hampir sebaya denganku.
Pertama, Aihara Saffana. Dia adalah simbol cewek jutek di dunia, bahkan sampai sekarang aku masih sangat penasaran bagaimana cewek sejenis ini bisa bertahan hidup, gimana enggak? Aku yakin dia pasti nggak pernah punya teman. Kalau bukan karena dia ada hubungan dengan organisasi yang jadi dalang kasus kebakaran itu, aku juga malas berurusan dengannya.
YOU ARE READING
Countdown to Zero : 3
Teen FictionShabella Rahady, kriptolog labil kalem tapi sadis dengan kehidupan normal tiba-tiba mendapatkan pesan aneh dari akun bernama Rengga Dirmana. Seorang peneliti kasus yang narsis yang selalu mengaku sebagai detektif. Pesan tersebut sangat aneh, pesan y...
