Aku hanya diam, sebelum akhirnya melihat ke arah Arlan Pratama lagi. Putaran memori membuatku teringat lagi bagaimana kami berdua sakit hanya karena terkena sedikit air hujan. Bukannya meremehkan imun dan pertahanan tubuh Arlan Pratama, tetapi memang lebih baik mencegah daripada mengobati, kan?
"Sebentar."
Aku hendak berjalan ke arah Arlan Pratama, tapi Rania lebih dulu menahanku.
"Mau ngapain?" tanya Rania.
"Mau ngasih tahu Arlan, biar dia waspada," jawabku.
"Nggak usah dikasih tahu, kali. Itu kan rahasia," balas Jingga dengan santainya.
Aku ingin mengatakan soal kejadian Arlan Pratama yang sakit, tetapi aku tahu itu akan membuat masalah baru.
"Sebentar saja," ucapku, meyakinkan mereka.
Mereka bertiga akhirnya melepaskanku dan membiarkanku mendatangi Arlan Pratama. Jarak kami tidak terlalu jauh jika aku berjalan lewat air, jadi aku berjalan agak pelan agar tidak terpeleset.
"Ada apa?" tanya Arlan Pratama saat menyadari bahwa aku memang melangkah ke arahnya.
"Kan kamu yang lihat ke sa--" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. "Kudengar bentar lagi teman-temanmu bakal nyempungin kamu ke air. Jadi, hati-hati, ya!"
Arlan Pratama menutupi mulutnya dengan tangannya, tetapi masih terlihat jelas bahwa dia sedang tersenyum, "Kenapa khawatir?"
"Nanti kamu bisa sa--tunggu, tunggu! Memangnya kamu nggak apa-apa basah kuyup?" tanyaku.
"Nggak masalah. Aku bawa baju ganti, kok," balasnya enteng.
Sebenarnya aku juga bawa, tapi aku tetap tidak mau membasahi diri. Aku lebih memilih mandi di WC umum dekat kami membangun tenda. Di sana lebih baik.
Baru saja aku hendak membalas, seorang laki-laki menghampiri kami.
"Arlan, naik dulu, yuk. Ada yang mau ngucapin selamat lagi, tuh."
Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Arlan Pratama melirik ke arahku untuk melihat reaksiku. Sepertinya dia memang ingin aku tahu kalau dia sedang berulang tahun. Tentu saja aku tidak bisa bilang kepadanya kalau aku mengetahuinya. Jadi, aku diam saja.
"Oke. Sudah dulu ya, Len, nanti kita ngobrol lagi."
Pada detik itu, aku menyadari bahwa kelingking kanan Arlan Pratama diikat oleh benang hitam. Kutatap lagi benangku dan menemukan benang merah di jari kelingkingku.
Dan itu membuatku melotot.
Arlan Pratama dalam bahaya.
"Tunggu! Jangan ada yang bergerak!"
Seruanku membuat Arlan Pratama dan laki-laki itu benar-benar berhenti bergerak selama beberapa saat, lalu mereka berbalik menatapku heran.
"Kenapa?" tanya laki-laki itu kepadaku.
"Uh ... Aku ingin memberitahu sesuatu kepadamu," ucapku pada laki-laki yang tidak kukenal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LFS 2 - Red String [END]
Fantasy[Little Fantasy Secret 2] Alenna mungkin terlihat seperti anak SMP kebanyakan, kecuali satu hal yang membuatnya istimewa; Alenna bisa melihat benang merah takdir. Namun Alenna tidak menganggapnya sebagai anugerah yang berarti. Mendapat peringkat per...
The Twenty Third Thread - "Your Voice is Something Hypnotizing"
Mulai dari awal
![LFS 2 - Red String [END]](https://img.wattpad.com/cover/167548547-64-k308475.jpg)