The Twenty Third Thread - "Your Voice is Something Hypnotizing"

Start from the beginning
                                        

"Wah, Rania galak, ya," ejek Jingga.

"Aku nggak mau repot. Nanti kalau mereka jatuh, terus hanyut, terus hilang, siapa yang susah? Kita juga!" balas Rania blak-blakan.

Mendadak, aku teringat dengan sesuatu yang familier. Sepertinya ini pernah terjadi dalam situasi yang berbeda.

Ah, ya, Arlan Pratama juga pernah melakukannya.

Mereka berdua cukup mirip. Berani mengutarakan apa yang ingin mereka sampaikan dan tidak takut dengan pandangan orang-orang.

"Ayo, sini, turun. Airnya dingin, lho!" bujuk Rania lagi.

Aku langsung melepaskan sepatuku, lalu kaos kakiku. Kerikil yang kupijak tidak terlalu menyakitkan. Udara-udara yang lewat menyejukkan kakiku.

"Ikan piranha biasanya di sungai Amazon dan sungai-sungai di Amerika. Mereka tidak akan datang ke sini," ucapku pada Fhea.

Baru mengatakan begitu, Fhea akhirnya berani melepaskan sepatunya dan ikut bergabung turun. Rania dan jingga senang sekali saat melihat Fhea memberanikan diri bergabung.

"Ah, tapi ikan piranha memang senang di tempat dangkal," tambahku, membuat Fhea yang sudah menginjakkan kaki, kembali meloncat ke atas dengan ketakutan.

Rania dan Jingga yang mendengar itu, juga langsung naik dengan buru-buru. Aku benar-benar merasa itu hal yang lucu, jadilah aku menahan tawa dengan menekan perutku. Namun itu berakhir sia-sia, aku tetap tertawa.

"I-ikan piranha tidak makan manusia hidup-hidup, kok. Mereka biasa makan bangkainya." Aku menahan tawa lagi, "Maaf."

"Iih, Alenna sekarang iseng, ya!" seru Rania.

"Ya, diajarin siapa kalau bukan kamu?" tuduh Jingga dengan kening berkerut.

Fhea memasukkan kakinya ke air dengan muka datar, "Hidupku penuh kebohongan."

"Hanya tontonanmu," tambah Rania sambil tertawa. "Berhenti ngakak, sini turun."

Aku berupaya keras untuk tidak tertawa lagi dan turun ke air. Rania tidak berbohong, airnya sangat dingin. Rasanya aku ingin berjalan ke arah air terjun dan membiarkan air itu menitik di kepalaku, tapi aku tidak berani. Tidak ada perempuan yang berenang di sini, semuanya hanya memasukkan kakinya, seperti yang kami lakukan.

Saat sedang mengobrol tentang kejadian saat memungut sampah plastik tadi, tiba-tiba Jingga mendekat dan berbisik pelan ke arah kami.

"Arlan memang lihat ke sini atau perasaanku saja?" tanya Jingga.

Aku melirik ke arah dimana Jingga memperhatikan. Ya, Arlan Pratama memang melihat ke arah kami. Dia juga sedang melakukan hal yang sama seperti kami, memasukkan kaki ke dalam air.

"Kayaknya dia bakal basah kuyup nanti. Tadi di bus aku nggak sengaja dengar rencana teman sekelasnya, katanya mau nyemplungin Arlan bareng-bareng karena dia lagi ulang tahun," sambung Fhea.

Aku mengerjapkan mata, "Kenapa ... Malah dijahatin?" tanyaku bingung.

"Itu bukan dijahatin, kok. Memang udah biasa, kalau ada yang ulang tahun," jawab Jingga.

LFS 2 - Red String [END]Where stories live. Discover now