13. Selamanya Seperti Ini

564 39 28
                                    

"Aku menangkapnya!" teriak Wang Eun sambil melonjak senang. Ia segera menghampiri keranjang yang mereka gunakan sebagai perangkap dengan berlari. Di belakangnya, gadis itu tersenyum mengikuti.

"Kau lihat itu? Aku menangkapnya!" katanya pada si gadis. Yang ditanya hanya mengangguk.

...

"Eun, semua wanita itu hanya berbeda saat malam pertama. Setelahnya, mereka semua sama saja," Wang Won, pangeran kesembilan memberikan saran untuk Wang Eun. "Aku bahkan kadang tidak bisa membedakan istri pertama dan keduaku."

Eun memberi saudaranya tatapan mencela. "Aku tidak mau menjalani hidup sepertimu."

Wang Won tersenyum maklum. Ia mengerti kalau saat ini adiknya sedang gelisah karena perjodohan ini.

Mereka terus berjalan hingga tiba di suatu tempat di mana para prajurit bertanding gulat. Tiba-tiba saja Wang Won berdiri di depan Eun, memhalangi jalannya.

"Kupikir kau tidak perlu melihatnya," pangeran kesembilan menyarankan sembari tersenyum dengan paksa.

"Aku ingin melihatnya, aku sedang frustasi ini," kukuh Eun tak mau kalah. Mendengar seruan di depan sana, sepertinya seru sekali. Barangkali bisa menghilangkan stres yang ia rasakan. "Minggir."

Akhirnya Wang Eun bisa melewati saudaranya dan berjalan mendekat ke kerumunan prajurit yang sibuk bersorak menyemangati dua petarung di tengah lingkaran. Ketika ia memandang ke depan, sepertinya Wang Eun tidak asing dengan dua orang yang bergulat itu. Ternyata benar, salah satunya adalah Jung, adiknya. Sementara yang satunya lagi, Eun rasa ia benar-benar familiar dengannya.

Setelah ia melihat lebih jelas, ternyata orang itu adalah si gadis beruang, Park Soon Deok. Gadis yang akan menikah dengannya.

Bisakah hidup lebih buruk lagi bagi Eun?

...

"Aku butuh kasur yang lebih besar, sangat besar!" seru Wang Eun kesal. Dihempaskannya tubuhnya ke satu-satunya ranjang di ruangan itu, tangan dan kakinya direntangkan lebar-lebar. Ia menguasai ranjang ini, ia harus memperlihatkan hal itu dengan jelas.

Setelah sekian lama memejamkan mata dan berpura-pura tidur, Wang Eun duduk. Dilihatnya gadis itu sudah terlelap. Ia merasa sedikit bersalah karena tidak menyisakan tempat sehingga gadis itu harus tidur di lantai, tetapi apa boleh buat. Tidak akan dibiarkannya gadis itu masuk ke kehidupannya, terutama hatinya.

Dipandanginya kedua ibu jarinya. Dengan sedih, ia bergumam, "Kau bilang aku hanya harus menunggu sampai salju pertama. Hae Soo, kau jahat sekali."

...

"Kau tidak menangis kan?" tanya Eun pada gadis yang berbalik membelakanginya.

Sudah pasti gadis ini sedih, Eun tanpa sengaja mengatakan kedua jari telunjuknya merupakan milik Hae Soo. Di depan istrinya sendiri. Ia jadi semakin merasa bersalah.

Ia berjalan mendekati gadis itu, namun sedetik kemudian Wang Eun ditekan di atas meja, dengan gadis itu berada di atasnya. Rambut panjang gadis itu menyentuh wajahnya, membuat Eun membuka mata.

Baru kali ini ia bisa melihat wajah istrinya dengan jelas, dan ia tidak bisa menampik bahwa ternyata gadis ini sangat cantik.

Saat gadis itu membalikkan badan untuk mengomeli ayahnya, Eun masih terkesima dengan pemandangan yang baru tersaji di depannya. Ia menyentuh pipinya, merasakan sensasi hangat menjalar hingga telinganya.

...

Eun masuk ke damiwon, tadi para pelayannya mengatakan gadis itu kemari. Suara percakapan di atas membuatnya mendongak, dan ia mendapati istrinya tengah menyentuh-nyentuh pipi Jung dengan ujung Jari di bordes tangga.

Our DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang