>8<

893 134 4
                                    

.
.
.
.
.
.

"daijoubu, izuku. Okaa-san akan baik2 saja disini. " okaa-san tidak ambil pusing setelah midoriya dan all might datang untuk membicarakan hal itu.

Midoriya menunduk gelisah, "gomenne, okaa-san. Padahal kau sudah merawatku sampai sekarang tapi aku justru pergi... "

"ini memang keinginanmu, bukan? Sudahlah, sejak kau kecil ibu sudah bisa jaga diri. " okaa-san mengusap surai midoriya pelan. "pergilah, apa pun yang ada diluar sana, mereka menunggu untuk kau lewati. "

Midoriya menatap okaa-san dengan manik hijaunya, tersenyum dan mengangguk.

"baiklah." all might beranjak dari kursinya, "karena aku juga akan pergi darisini, midoriya akan keluar bersamaku sampai ke kota terdekat. "

"arigatou, all might. " ujar midoriya, all might mengangguk.

"saa, bersiaplah, kita akan pergi besok pagi. "

"ha'i. "

.
.
.
.
.
.

Mendekati tengah malam, todoroki keluar dari kamarnya dan menuju satu tempat.

Seharusnya sekarang jam tidur dan semua anggota kerajaan mengenakan pakaian tidurnya yang nyaman dan tidur nyenyak, tapi pangeran itu justru memakai pakaian formalnya beserta pedang di sabuk dan sebuah tas di punggungnya.

Setelah berjalan beberapa menit, dia tiba didepan sebuah pintu dan mengetuknya. Dia bisa mendengar suara canda tawa berhenti jadi senyap sejenak. "siapa disana? " tanya suara seorang wanita dari dalam.

"ini aku.. Shoto. "

"ah, hei, apa kalian tidak mengundangnya juga tadi? "

"kami pikir karena dia baru saja bertengkar lagi dengan ayah, membiarkan dia sendiri itu lebih baik. "

"mou, seharusnya panggil saja dia kesini. Masuklah, Shoto sayang. "

Todoroki membuka pintu dan mendapati okaa-sannya sedang bersama dengan dua kakaknya.

"ah, maaf otouto, seharusnya aku ajak juga kau tadi. " ujar kakak laki2nya.

"tidak masalah. " todoroki melangkah masuk.

"chotto, kenapa kau berpakaian seperti itu? " tanya kakak perempuannya.

Selesai menutup pintu, todoroki hanya diam.

"ada apa, nak? "

Todoroki hendak menjawab, namun masih terasa menyangkut di tenggorokannya, sehingga yang keluar bukanlah sebuah jawaban.

"sedang apa... kalian berkumpul?"

Ibunya tersenyum, "mereka bosan dikamar, jadi berkumpul disini. "

"kau mau kabur lagi? Malam2 begini? Hei, kau baru pulang beberapa jam lalu, bisa tunda dulu sampai besok atau beberapa hari lagi tidak? " protes kakak perempuannya.

"saat malam kurasa akan ada lebih banyak penjaga, kupikir kau akan kesulitan untuk kabur. " ujar kakak laki2nya yang sukses langsung disentak kakak perempuannya.

"kebetulan kalian disini semua, tadinya aku akan berpamitan ke kalian satu persatu. " ujar todoroki.

"he? "

"sejak kapan kau pamitan saat kabur? "

"shoto, " panggil okaa-san, menepuk ke sebelah kasurnya yang masih luas, "duduk dan ceritakan pada okaa-san. " dia membujuk dengan tersenyum lembut.

Todoroki meletakkan pedang dan tasnya diatas meja dan duduk manis.

Okaa-san mengusap surai dwi warnanya, "apa yang sedang kau pikirkan? Kau bisa katakan sekarang. "

Treasure-BnHA Fanfict (Completed) Where stories live. Discover now