Bara 5 - Istirahat atau Selesai?

270 43 18
                                    


Ps: Disarankan untuk membaca ulang chapter Bara sebelumnya bagi yang udah lupa karena kelamaan update 😂

***

Bara

"Kamu kenapa sih dari tadi diem aja?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kamu kenapa sih dari tadi diem aja?"

Gue yang tengah memandang lurus kaca depan mobil langsung mengalihkan pandangan ke arah cewek yang sekarang menatap gue kesal. Gue menghembuskan napas berat, oke gue tahu gue emang udah keterlaluan ngediemin dia selama hampir setengah jam. Tapi demi apapun pikiran gue bener-bener kacau saat ini.

Bayangan sosok Papa yang menggendong anak perempuan di mini market tadi terus berputar di kepala gue. Rasanya gue ingin teriak saking udah gak tahannya dengan semua rasa penasaran yang ada di benak gue saat ini.

Gue gak mungkin salah dengar. Anak perempuan itu jelas-jelas memanggil bokap gue dengan sebutan Ayah.

Padahal gue gak pernah merasa punya adik.

Nyokap gue gak pernah melahirkan anak lain selain gue.

Dan hal itu membuat gue berasumsi kalau... Anak perempuan itu memang anak bokap gue, tapi dari perempuan lain.

Kepala gue bener-bener mau meledak rasanya.

"Maaf, aku lagi banyak pikiran," gue mencoba untuk memaksakan senyum sambil menyentuh lembut tangan perempuan yang ada di sebelah gue.

"Mikirin apa?"

Seketika gue terdiam. Haruskah gue menceritakan apa yang terjadi sama Naina? Tapi... Apa gak akan membebaninya nanti? Gak, Naina gak perlu tau. Biarin aja gue yang urus semuanya sendiri. Gue gak mau dia terbebani dengan masalah gue ini.

"Mikirin tugas. Gak ada abisnya sampe aku pusing sendiri, hahaha," dibalik tawa yang gue umbar, gue berharap kalau Naina gak bisa membaca kepalsuan yang gue tunjukkan.

Tapi respon darinya yang hanya diam sambil mebatap gue penuh selidik membuat gue gak bisa bernapas lega begitu aja.

Karena kita udah bareng-bareng selama enam tahun. Bukan hal yang sulit buat membaca kebohongan yang lagi disembunyiin satu sama lain.

"Oke," gue sedikit terkejut mendengar kata yang keluar dari mulutnya. Serius? Cuma Oke?

Setelah itu gak ada lagi yang membuka suara. Gue dan dia sama-sama memilih untuk diam sepanjang perjalanan. Tapi gue berani bersumpah kalau keheningan ini jutsru membuat isi kepala gue makin penuh.

Karena beban pikiran gue sekarang bertambah.

Karena Naina pasti kecewa akibat gue yang menutupi sesuatu darinya.

Mobil yang gue kendarai terhenti tepat di pekarangan rumah yang sepi tapi cukup asri karena banyak tanaman di sana. Naina bilang dia mau pulang ke rumah karena mau ngasih oleh-oleh ke keluarganya. Gue membantu dia membawa turun koper dan barang belanjaannya tanpa mengeluarkan suara. Saat sampai di depan pintu utama, langkah gue terhenti.

Tacenda [Republish]Where stories live. Discover now