Adriel 3 - Perbandingan

587 85 126
                                    

Adriel

Setiap orang pasti pernah mengalami fase dimana mereka gak bisa ngerasain apa-apa

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


Setiap orang pasti pernah mengalami fase dimana mereka gak bisa ngerasain apa-apa. Mereka gak tau gimana perasaan mereka. Mereka gak tau apa mereka merasa sedih, senang, atau pun bahagia. Yang mereka rasain cuma kekosongan di dalam dada. Gak ada sedih. Gak ada senang. Apalagi bahagia.

Dan mungkin cewek yang sekarang duduk di samping gue ini sedang dalam fase itu.

Gue bukan ahli dalam membaca pikiran seseorang, tapi gue cukup paham hanya dengan melihat cara dia memandang segala objek dengan tatapan yang sendu dan kosong.

Tatapannya kosong. Mungkin hatinya pun begitu.

Setelah kejadian dia yang tiba-tiba membawa gue masuk ke dalam mobilnya dan berakhir dengan makan siang bareng di Burger King, intensitas gue bertemu dengannya menjadi lebih sering. Dan gue rasa juga gue dan dia jadi semakin dekat. Bahkan kita udah saling tuker nomer ponsel. Ya meskipun harus dengan sedikit paksaan.

Selesai kelas gue dikejutkan dengan panggilan masuk via Whatsapp yang pelakunya adalah dia, Lunadya Valery. Gue gak nyangka dia bakal ngehubungin gue duluan karena kemarin aja dia ogah-ogahan ngasih nomer handphonenya ke gue.

Yang gue dengar setelah menjawab panggilan tersebut hanya suara helaan nafas. Helaan nafas frustasi yang beberapa detik kemudian disusul oleh kalimat yang sukses membuat gue langsung melangkah menuju fakultasnya.

I need you.

Iya cuma tiga kata. Tiga kata yang gak tau kenapa bisa membuat gue yang dulunya bodo amat sama semua hal yang gak gue anggap peting berubah menjadi sosok sok peduli kayak gini.

Tiga kata yang dengan gampangnya membuat gue rela untuk ngiterin jalanan Bandung tanpa tujuan dan menghabiskan separuh bensin gue yang tadi pagi baru gue isi penuh hanya untuk menemani cewek yang baru gue kenal beberapa minggu lalu.

Jelas ini bukan gue banget.

Hampir setengah jam gue menemaninya duduk di bangku panjang yang berada di Jalan Asia Afrika ini. Dia belum mengeluarkan sepatah katapun pasca menangis secara diam-diam di dalam mobil. Dia gak menangis sesenggukan seperti tempo hari, dia menangis sambil memandang pemandangan lewat kaca mobil tanpa mengeluarkan suara. Tapi gue cukup cermat untuk mengetahui bahwa ada bulir air mata yang mengalir di pipinya saat itu.

"Lo suka bakwan gak?"

Dia langsung mengalihkan pandangannya yang semula lurus ke depan menjadi menatap gue. Keningnya berkerut, mungkin dia bingung kenapa gue tiba-tiba bertanya random begitu.

"Tunggu bentar," tanpa membiarkan dia menjawab, gue langsung melangkah menghampiri tukang gorengan yang berhenti gak jauh dari tempat kami duduk tadi. Sebenernya gue gak begitu suka goreng-gorengan gitu, bikin muka berminyak dan jerawatan. Tapi berhubung gue gak tau gimana caranya bikin dia mau ngomong lagi sama gue, kayaknya disogok gorengan gak ada salahnya.

Tacenda [Republish]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن