Keanu 2 - Impian

341 65 30
                                    

Keanu

Dulu saat gue kelas dua belas dan lagi sibuk-sibuknya menghadapi ujian, sempat terbesit di pikiran gue untuk gak mau kuliah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dulu saat gue kelas dua belas dan lagi sibuk-sibuknya menghadapi ujian, sempat terbesit di pikiran gue untuk gak mau kuliah. Gue mau langsung kerja aja. Kerja capek tapi digaji sedangkan sekolah capek gak dapet apa-apa.

Iya pikiran gue dulu emang sesempit itu.

Setelah menyelesaikan ujian sekolah hari terakhir, gue memutuskan untuk menyegarkan otak dengan jalan-jalan mengitari jakarta sendirian. Bener-bener sendirian. Dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara. Gue gak punya tujuan, karena niat gue emang murni cuma mau menyegarkan pikiran. Terserah orang mau bilang gue gabut, sinting dan sebagainya. Hidup-hidup gue. Gue gak minta makan sama mereka ini.

Begitu gue memarkirkan motor di sebuah warung soto kecil yang berada di kawasan Kampung Baru Jakarta Barat untuk beristirahat, gue bertemu dengan anak berumur kisaran sebelas tahun dan masih duduk di bangku SD karena saat itu dia masih mengenakan rok merah dengan atasan kaos hitam polos. Dia sedang menggambar di sebuah buku gambar A4 yang kertasnya tipis banget. Kalau kita menghapusnya terlalu keras kertas itu bakal robek.

Sambil makan, sesekali gue memerhatikan guratan abu-abu yang dia buat di atas buku gambar tersebut. Dia gambar sketsa gedung pencakar langit. Dan gue akui gambar itu terlalu bagus untuk standar gambar anak SD.

"Kamu kelas berapa?" tanya gue setelah menyantap suapan terakhir soto ayam yang gue pesan.

Anak itu menghentikan aktivitasnya sejenak untuk menatap gue. Ada jeda cukup lama sebelum dia menjawab, mungkin kaget kali karena gue tiba-tiba nanya begitu.

"Kelas enam," setelah menjawab dia kembali fokus pada sketsanya yang hampir selesai itu.

"Gambar kamu bagus. Les dimana?"

"Belajar sendiri."

Gue sedikit tertegun mendengarnya.

"Oh gitu. Kamu hobi gambar ya? Mau jadi arsitek?"

Dia kembali menatap gue dan gue bisa lihat sekarang matanya berbinar menatap gue.

"Kok Kakak tau?"

Padahal gue cuma asal tebak. Tapi mendengar nada bicaranya yang berubah antusias, gue gak bisa menahan diri untuk gak tersenyum.

"Gambar kamu udah keliatan kayak gambar arsitek beneran soalnya."

"Beneran, Kak?" gue mengangguk.

"Makanya kamu belajar yang bener. Biar bisa kuliah jurusan arsitektur dan jadi arsitek beneran," gue mencoba untuk memberinya semangat. Emang ya, nyemangatin orang lain rasanya gampang banget sedangkan nyemangatin diri sendiri susahnya setengah mati.

Tapi gue sedikit heran karena raut wajah anak ini perlahan berubah. Matanya gak berbinar seperti tadi dan dia juga sedikit menundukkan kepalanya.

"Aku gak bakal bisa kuliah."

Tacenda [Republish]Where stories live. Discover now