Day Out

891 128 24
                                    

Hai, hai. Terima kasih untuk semua yang mau baca dan terima kasih banyak buat yang udah mau vote dan komen.

🐥🐥🐥

Daehwi hari ini pulang lebih awal dibandingkan hari biasanya. Sekolahnya tiba-tiba mengumumkan bahwa akan ada rapat mendadak sehingga mau tidak mau kegiatan belajar mengajar harus disudahi. Daehwi yang bingung bagaimana menghubungi sang kakak untuk menjemputnya lebih awal mendapat pencerahan saat Somi mengajaknya untuk pulang bersama. Gadis kecil itu menarik Daehwi menuju ayahnya yang sudah melambai-lambai disamping mobilnya yang terparkir.

Sekitar lima belas menit Daehwi sudah sampai dirumah. Bocah itu turun dari mobil kemudian membungkuk sopan pada ayah Somi. "Terima kasih ahjussi, sudah mengantar Hwihwi!"

Ayah Somi mengangguk, mengelus kepala Daehwi, "Iya, salam untuk hyungie, ya. Maaf kami tidak bisa mampir."

Daehwi tersenyum lebar kemudian melambai semangat, mengantar kepergian Somi dan ayahnya. Setelah mobil Somi berbelok di persimpangan dan tidak terlihat lagi, Daehwi berjalan menuju pintu, tangan kecilnya berusaha meraih handel pintu dan membukanya namun, pintunya tidak mau terbuka. Bocah itu berkali-kali menarik handelnya tapi pintu besar itu tidak bergeming sama sekali.

Dahi Daehwi berkerut, bocah itu kemudian memukul-mukul brutal pintunya, "Youngminie, Hwihwi pulang, nih! Buka pintunya!"

Tidak ada jawaban. Daehwi bersidekap.

Hmm, mungkin harus pakai mantra untuk membukanya. Eh, tapi memangnya pintu rumah ini ajaib, ya? Pikirnya, kemudian bocah itu mengendikkan bahunya dan mulai memasang kuda-kuda untuk mengucap mantra di depan pintu.

"Ayo, buka!" Ucapnya lantang sambil merentangkan tangannya.

Pintunya diam. Daehwi mengerjap.

"Pintu, terbuka lah!"

"Sersan, buka pintunya!"

"Arbracadarabra! Eh? Abarababa? Acrabarada? Pokoknya itu!"

"Youngminie galak, ayo buka!"

"Buka, buka, Donghyunie jelek!"

Masih, tidak ada pergerakan dari sang pintu. Daehwi tampak berpikir. Memutar otak memikirkan kemungkinan mantra yang ampuh untuk membuka pintunya.

"Woongie, belikan Hwihwi coklat! Tidak, es krim saja! Eh, tapi mainan juga boleh."

Seketika Daehwi sibuk mengabsen satu-satu daftar keinginannya untuk Woong belikan. Mulai dari cemilan kesukaan sampai mainan yang bahkan bocah itu sudah memilikinya. Setelah merasa cukup mengabsen daftar keinginan, bocah itu kembali teringat mengenai pintu rumahnya, "Eh, iya, pintunya!"

Daehwi kembali menarik handel pintu, kali ini lebih keras dan penuh tenaga tapi sang pintu tetap berdiri kokoh ditempatnya, "Hmm, tidak berhasil."

Daehwi berkacak pinggang, berpikir mantra lain yang bisa dipakai, "Woojinie suka makan upil, buka dong!"

"Buka! Buka! Woojinie suka berkicau, berisik!"

"Donghyunie mirip kerbau, bukalah!"

"Hwihwi manis paling disayang, terbuka!"

Krikk krikk...
Tidak ada pergerakan dari sang pintu. Masih tertutup rapat.

Daehwi akhirnya menyerah, bocah gembil itu memutuskan untuk mengintip bagian dalam rumah melalui jendela, kaki-kaki pendeknya berusaha menaiki kursi teras untuk akses mengintipnya. Setelah bisa berdiri diatas kursi, wajah bocah itu menempel erat pada kaca jendela berusaha melihat dengan jelas bagian dalam rumah. Sepi. Tidak ada orang.

Untainted | AB6IXWhere stories live. Discover now