part 4

60 8 0
                                        

Elang melepaskan cengkramannya dan pergi  dengan ekspresi marah, ia marah, sangat marah. Kenapa gadis itu malah mengabaikan pertanyaannya.

Saat melihat salah satu kursi taman yang kosong, Elang dengan cepat duduk diatasnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kalau dipikir - pikir ia juga salah karena telah membentak dan mencengkram kedua tangan gadis itu sampai ia terlihat begitu kesakitan, "gue bego banget sih" Elang mengacak rambutnya kasar. Tiba - tiba ada sesuatu yang dingin menyentuh tangannya membuat Elang mendongakkan kepalanya.

"Elo?" Gumam Elang pelan saat melihat gadis itu tersenyum manis kearah Elang seakan tak terjadi apapun, ia memberikan botol berisi minuman dengan rasa jeruk pada Elang dan Elang menerimanya dengan ekspresi bingung.

Dengan penuh senyuman gadis itu menunjuk bibir lalu telinganya, dan kemudian gadis itu menggeleng. Pupil mata Elang membesar saat ia menyadari maksud gadis didepannya, gadis itu bisu? Ia tidak bisa berbicara dan mendengar?. Dan Elang malah marah padanya?.

Gadis itu mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

Katanya kamu mau tau nama saya?

Elang menggeleng keras saat ia selesai membaca teks yang diketik gadis itu. Gadis itu mengerinyitkan alisnya karena kebingungan. Tapi debgan penuh senyuman ia kembali mengetikkan sesuatu pada ponselnya, jarinya bergerak dengan sangat lincah, dan kali ini kalimat yang diketiknya cukup panjang.

Bagaimana kalau kamu motoin anak - anak disini? Tadi saya melihat kamu ngefoto sekitar dan kamu keliatan senang, siapa tau kamu enggak kesal lagi sama saya.

Elang menatap orang didepannya dengan ekspresi terkejut, bagaimana bisa ia tidak kesal atas kelakuan Elang terhadapnya?

Gadis itu memberikan Elang kamera milik pemuda itu dengan senyuman yang sangat cerah, Elang mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah kalimat.

Bisa tetap tersenyum seperti itu?

Elang mengambil kamera dari tangan gadis itu setelah gadis itu membaca teks yang diketik Elang, dan dengan cepat wajahnya berubah menjadi kebingungan. Elang kembali mengetikkan teks pada ponselnya.

Saya bilang kan kamu tetap senyum kayak tadi, saya mau motoin kamu

Membaca teks yang Elang ketik pupil mata gadis itu membesar dan menggeleng dengan sangat kuat, tanggannya dikibas - kibaskan didepan wajahnya menolak permintaan Elang. Ia menunjuk wajahnya dengan tangannya lalu menggesek - gesekkan jari telunjuknya pada pipinya dan mengibaskan tangannya lagi.

Jelas Elang tidak tau itu artinya apa.

"Artinya dia itu enggak cantik" Alvin berjalan dengan tangan yang dimasukkan kedalam kantong celananya.

Elang kembali melihat gadis didepannya, dari sisi mananya gadis itu terlihat jelek? Dia sangat - sangat cantik.

Gadis itu tersenyum lembut oada Elang dan menunjuk minuman yang sejak tadi Elang anggurkan, dan memberi Elang isyarat agar meminumnya, kali ini Elang bisa mengerti dengan mudah, ia mengangguk dan meletakkan kameranya, dengan segera ia meminum minumannya sambil berdiri.

Gadis itu tersenyum cerah dan pergi meninggalkan Elang bersama dengan Alvin yang nampaknya cukup kesal dengan Elang.

"Elo kenapa sih sama tuh cewek?" Tanya Alvin langsung pada inti pertanyaan, Alvin memang bukan tipe orang yang senanga berbasa basi jika dia sudah merasakan sesuatu yang janggal.

"Lo inget objek foto yang gue temuin di pasar malam?" Elang kembali duduk.

"Dia orangnya?" Sahut Alvin mengerti arah pemikiran Elang.

Dan hanya dijawab Elang anggukan.

"Saran gue elo jangan sering - sering sama dia" Alvin bersuara dengan datar, membuat Elang mengerutkan alisnya kebingungan.
"Elo cuman bakalan nyakitin dia" Alvin berjalan meninggalkan Elang yang sudah sangat kesal pada pemuda itu.

"Yang suka bikin cewek nangis kan situ, bukan gue" gerutu Elang kesal.

Tiba - tiba ada Hani mengirim chat pada Elang.

HANIah

sorry banget hape gue kecolongan.

Maksud lo apaan

Ada cewek yang naksir elo dan keknya nyuri kontak lo dari hape gue lang

Oh
Gak papa
Bisa aja nanti gue block kalo ngeganggu

Serah lo yang penting gue udah bilang

Elang menutup aplikasi chattingan dan menatap langit, mungkin pencuri itu gak bakalan berani langsung mengirim pesan pada Elang.

Elang berdiri saat melihat Alvin dan Zandar seperti sedang mengucapkan kalimat perpisahan.


SILENT (Introvert Sequel)Where stories live. Discover now