28; keliling Bandung

507 72 2
                                    

Arjuna menatap Febi yang beberapa hari lalu ia temui di Jogja, "Kamu apa kabar?"

"Basa basimu itu udah basi,"

"Jun, dunia sempit ya. Aku tahu kamu mencintai Rain. Tapi Jun, kamu harus sadar hati Rain milik siapa," ujar Febi.

Kedua tangan Arjuna mengepal. Ia mencoba menenangkan diri, "Feb, kemarin Rain bilang sayang sama saya. Itu udah cukup."

"Apa kamu tahu Jun? Rain itu sama kayak aku. Aku tahu bagaimana ada di posisi dia. Ya, aku udah mencoba mencintai kakakmu. Tapi apa hasilnya Jun? Pada kenyataannya aku hanya mencoba lupa. Tapi enggak pernah benar-benar bisa."

"Menurutmu Rain masih menyukai Awan?" tanya Arjuna.

"Apa perjuangan saya dapatin Rain itu percuma?" tanya Arjuna lagi.

Febi mengusap tangan Arjuna. Mencari kehangatan di dalam gengaman tangannya, "Jun, aku masih suka sama kamu."

"Saya sudah milik Rain."

"Aku udah kenal kamu lama Jun," Febi menghela nafas, "Mungkin kamu memang mati-matian memperjuangkan Rain. Tapi, hatimu itu masih milikku Jun."

Arjuna terdiam. Udara malam semakin membuat suasana dingin. Febi menatap mata Arjuna. Mencari celah untuk dirinya kembali masuk.

Dari matamu saja aku masih bisa melihat kamu menyukaiku, batin Febi.

"Saya sudah melupakan kamu Feb," ujar Arjuna.

Febi mengelengkan kepala, "Kamu munafik. Mana mungkin kamu melupakan aku? Kalau kamu lupa kenapa waktu di Jogja menemuiku?"

"Saya cuma menepati janji saya dengan Reno. Kamu enggak lupa perjanjian itu kan?" tanya Arjuna.

Tidak, Febi tidak melupakannya. Memang Reno pernah menitip pesan untuk mengunjungi Jogja tepat di hari ulang tahunnya. Hal itu yang membuat Febi dan Arjuna bertemu.

"Jun! Reno udah enggak ada. Kenapa kamu masih mau mengelak?"

"Feb, kamu yang harusnya sadar. Saya bukan lagi milik kamu. Kita ini teman," jawab Arjuna.

Arjuna melangkah pergi. Meninggalkan rumah Rain yang semakin sepi. Namun, Febi menghalanginya. Ia berdiri menghadang motor milik Arjuna.

"Jun, ajak aku keliling Bandung malam ini," ujar Febi.

Melihat Febi yang tertunduk lesu. Arjuna jadi tidak tega menolaknya. Ia menuruti kemauan Febi mengajak Febi keliling Bandung.

Jalanan-jalanan yang terlihat lebih indah saat malam memanjakan mata Febi. Tangannya melingkar ke perut Arjuna. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Arjuna.

"Bandung!!!! Aku mencintaimu!!!" teriak Febi.

Mendengar kata-kata itu Arjuna kembali menginggat Rain. Di mana kekasihnya sekarang? Kenapa lama sekali bertemu dengan Awan?

Satu jam Arjuna mengendarai motor tanpa ada tujuan. Ia kembali melihat ke depan. Jembatan layang. Segera Arjuna memarkirkan motonya. Menyuruh Febi turun dan mengikutinya naik.

Arjuna menyruh Febi untuk duduk di sampingnya. Febi menuruti perintah Arjuna. Ia duduk dengan pandangan lurus kedepan. Melihat lampu-lampu jalan yang bersautan dengan lampu kendaraan. Malam ini Bandung lebih ramai.

"Kenapa ngajak aku ke jembatan layang?" tanya Febi.

"Enggak tahu, tiba-tiba saya pengen ada di sini. Menikmati rasa yang berbeda, tidak seperti sebumnya," jawab Arjuna.

Febi paham maksud Arjuna. Rasa yang berbeda, karena sebelumnya Rain yang menemaninya bukan Febi.

"Jun, jangan membawaku ke tempat biasa kalian bertemu. Aku sakit hati Jun,"

"Aku udah tahu dari awal kamu kasih aku buku. Aku udah tahu kenapa kamu pergi waktu ketemu aku di makam Reno. Aku udah tahu Jun, tapi aku pura-pura enggak tahu tentang semuanya," Febi tersenyum, "Aku bodoh ya Jun."

Arjuna menarik Febi ke dalam dekapannya, "Pada akhirnya kita memang harus kehilangan Feb."

Bisa tidak berpura-pura kembali mencintaiku? batin Febi.

"Saya tahu kamu kuat. Tujuanmu ke Bandung bukan karena kamu pindah kerja kan?" ujar Arjuna.

"Jun..."

"Feb, saya enggak mau kamu manfaatin Rain. Dia enggak salah, jangan bawa dia ke dalam masalah kita."

Febi melepas pelukan Arjuna, "Jun! Jangan seolah-olah di sini aku yang salah. Kamu Jun! Kamu yang salah! Beri aku kesempatan Jun."

"Satu kesempatan buat kamu itu akan menjadi satu kekacauan di hidup kamu. Saya tetap enggak bisa jatuh cinta sama kamu lagi," ujar Arjuna.

"Bagaimana kalau ternyata Rain mencintai Awan? Bagaimana kalau dia berpura-pura suka sama kamu? Gimana Jun? Masih mau bertahan?"

Sungguh rasanya Arjuna ingin membungkam mulut Febi. Ia tidak suka Febi membawa-bawa nama Rain yang tidak tahu apa-apa.

"Saya tahu sebesar apapun Awan mencintai Rain, dia tidak bisa memilikinya."

"Antar aku pulang Jun," ujar Febi.

Percuma menyuruh Arjuna kembali menyukainya. Sudah ada banyak cara yang Febi lakukan. Tapi hasilnya nihil. Arjuna terlanjur dibutakan cinta dan Febi membenci hal itu.

===

"Feb, jangan bohongin Rain lagi," ujar Arjuna sebelum Febi masuk ke dalam.

"Maaf Wan, aku enggak bisa janji."

Febi masuk ke dalam rumah Rain. Ia melihat Rain yang sudah ada di dalam kamarnya. Febi mengetuk pintu kamar Rain sebelum masuk ke dalam.

"Udah pulang Rain?" tanya Febi.

"Udah Feb, kamu dari mana sama Arjuna?"

"Dia ngajakin aku keliling Bandung. Ternyata Bandung asyik ya Rain. Apalagi tadi Arjuna ngajak aku ke jembatan layang," ujar Febi.

Rain masih mendengarkan kelanjutan cerita Febi, "Malam ini menyenangkan. Arjuna cerita banyak banget sama aku."

"Dia cerita tentang aku?" tanya Rain dengan antusias.

Febi memutar mata malas, "Enggak, pokoknya tadi kita seneng-seneng bareng. Arjuna ternyata enggak berubah dari dulu."

Semakin mendengar ucapan Febi, hati Rain semakin sakit. Sebenarnya pada siapa hati Rain betpihak? Kenapa sekarang semuanya nampak abu-abu banginya?

"Dia ngasih tahu aku kalau jembatan layang itu baginya istimewa," ucapan Febi membuat Rain tersenyum. Pasti karena Rain ada bersama Arjuna, "Soalnya dia kesananya sama aku. Gilak, aku seneng banget deh Rain."

"Kamu....kamu enggak bohong kan Feb?"

Febi berdecak kesal, "Yaudah, kalau kamu enggak percaya. Lagian kamu tadi ketemu jugakan sama Awan?"

"Iya aku ketemu Awan. Dia udah jelasin semua sama aku."

"Terus kamu gimana?" tanya Febi antusias.

"Ya enggak gimana-gimana. Aku udah punya Arjuna sekarang," jawab dari Rain yang membuat Febi mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa? Aku kira kamu masih suka sama Awan."

Rain melihat wajah Febi yang nampak tidak suka mendengar ceritanya, "Kamu enggak papa Feb?"

"Harusnya kamu jadian aja sama Awan. Dia udah bilang suka sama kamu. Kenapa sekarang kamu milih sama Arjuna?"

"Feb, kamu masih suka sama Arjuna?" tanya Febi dengan nada hati-hati.

Febi menaikkan kedua bahunya. Ia seolah acuh dengan perkataan Rain barusan. Febi melangkah keluar dari kamar Rain. Ia menghentikan langkahnya di ambang pintu kamar Rain, "Oiya, aku lupa bilang sama kamu Rain."

"Apa?"

"Arjuna masih menyukaiku."

Deg!

"Kamu bohong kan Feb?" tanya Rain.

"Buat apa aku bohong? Lagian udah sering Arjuna kamu sakitin Rain. Sadar diri dong kamu," ujar Febi berlalu.

Nggak, Arjuna nggak sejahat itu, batin Rain membenarkan.

PETRICHOR [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang