Chap - 12

662 95 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2 tahun kemudian ....

Galih menyeka keringat di dagunya sekaligus memantau—apakah Andien, putri kecilnya yang masih berumur satu tahun enam bulan itu tidak menangis. Ia tentu tahu bagaimana Sita selalu berhasil membuat Andien merasa nyaman. Sementara Galih kembali meneruskan perjuangannya, agar semua kesibukan ini segera selesai dan ia bisa beristirahat di kasur baru yang baru ia beli tadi pagi untuk rumah barunya.

Kembali ke Jakarta setelah hampir dua tahun tinggal di kota Palangka Raya. Akhirnya ia bisa kembali ke kampung halaman, berkumpul kembali bersama keluarga dan memulai hidup baru. Meski butuh usaha yang lebih untuk membuat semuanya seakan normal tanpa harus mengingatkan kembali tentang masalah besarnya saat ia benar-benar merasakan kehancuran dalam hidup dan kisah cintanya. Itu semua keironisan, kehilangan seseorang yang sangat ia cintai begitu cepat membuatnya harus terbiasa akrab dengan mimpi buruk tiap malam.

Galih tak ingin lagi mengingat dan mencari tahu tentang masa lalu, meski hingga sekarang ia masih mencari cara bagaimana menghilangkan semua rasa penyesalan itu. Karena kini ia telah memiliki Andien, satu-satunya nyawa yang sangat ia cintai melebihi apa pun. Satu-satunya putri yang ia miliki meskipun dari hasil hubungan haramnya dengan Sita yang hingga kini masih memaksakan diri menjadi istri serta ibu dari anaknya. Bukan artinya Galih tak sayang, hanya saja ia tidak pernah bisa menghadirkan benih-benih cinta di antara mereka.

Tampaknya saja mereka seperti pasangan suami istri normal, tapi dibalik itu semua, bahkan menyentuh tubuh bugil Sita saja Galih tidak mampu. Segala hasrat hanya mampu ia pendam dan sama sekali tidak berniat mengganggu ketenangan Sita. Galih tidak berharap banyak soal hubungan ini. Satu-satunya yang membuat mereka bertahan hingga sekarang hanyalah Andien.

Dari arah dapur, Sita datang sambil membawa sepiring biskuit serta susu hangat untuk Andien. Ia duduk di sebelah Galih dan menyuruh Andien untuk lebih memilih susu dibandingkan boneka baunya. Galih ikut merayu Andien, dan ketika ia berhasil menangkap tubuh mungil putrinya, ia memangku Andien dan menyodorkan cangkir susu ke mulutnya.

"Barusan aku di telepon sebuah agensi, mereka menawariku untuk pemotretan bersama Andien," ungkap Sita membuka topik.

"Pemotretan? Apa kamu pernah mendaftar?" tanya Galih. Tangannya agak sibuk menepuk-nepuk paha Andien berharap anaknya bisa tertidur.

"Enggak, kebetulan temanku yang salah satu manajemen itu menawariku dari jauh hari. mereka bilang butuh model untuk produk susu bayi, katanya aku dan Andien sangat cocok. Andien akan berfoto bersama Almira Freddie." Sita mengigit biskuit kacangnya. "Bagaimana menurutmu?"

"Almira Freddie? Adik Nouvie teman SMA-mu?" Galih berusaha mengingat.

"Iya, si Lady Hammer. Atlet downhill women terbaik di Indonesia itu. Andien akan berperan sebagai generasi bayi, dan Almira sebagai generasi dewasa. Dan kudengar katanya akan shooting iklan TV juga."

Cinta Butuh JeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang