XV. Numb

15.7K 1.2K 16
                                    

Evelyn melihat jendela kecil yang menjadi satu-satunya celah yang menghubungkan dirinya dengan dunia luar. Dua minggu berlalu, dan ia hanya bisa melihat pergantian waktu lewat jendela yang menyuguhkan sorotan sinar sang surya.

Kini Evelyn tidak bisa merasakan apapun. Hatinya seakan kebas. Berulang kali ia mendapatkan kekerasan dalam bentuk verbal maupun kekerasan fisik ringan.

Hampa.

Itulah yang dia rasakan sekarang. Ia tidak berharap lagi bisa keluar dari tempat itu, sungguh. Tidak ada yang akan menolongnya. Bahkan orang yang paling ia percaya turut menjadi dalang dibalik penyekapannya.

Yang bisa ia lakukan hanyalah tetap merasa aman dan menjaga dirinya agartidak sampai melukai fisik yang akan membahayakan bayinya. Terlepas dari itu, dia tidak peduli lagi dengan goresan luka hati yang kian bertambah.

Decitan pintu terdengar. "Evelyn," sapa lelaki itu kala mendapati sosok gadis yang tengah duduk membelakanginya.

Evelyn hanya berdeham tanpa menoleh sumber suara.

"Makanlah, aku membawakan sarapan untukmu," suara lembut Andrew kali ini membuat Evelyn menolehkan kepalanya.

"Thanks," jawab gadis itu tanpa intonasi.

Andrew meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas. Lalu dia berjalan selangkah mendekati gadis itu. Dilihatnya wajah pucat Evelyn dari dekat, mata bulat yang biasa menampakkan kilauan tampak kuyu, tidak ada lagi sinar yang terpancar dari sana.

"Kau baik-baik saja?" Andrew merengkuh wajah Evelyn pelan. Ia mensejajarkan diri dengan gadis itu, berusaha membuat kontak mata dengannya.

"Ya, lebih baik dari kemarin," jawab Evelyn datar.

Evelyn mendongakkan kepalanya, "Kau tidak akan menyakitiku kan?"

"Tidak, Eve. Aku akan menjadi pelindungmu. Aku telah berjanji soal itu." Andrew menatap manik gadis itu sekali lagi, berusaha meyakinkan Evelyn. Kini sebuah lengkungan samar tampak di kedua sisi bibir itu.

Namun senyuman itu perlahan sirna kala ekspresi ketakutan tampak dari raut wajah itu. "Apa dia akan kembali hari ini?"

Evelyn kembali mengepalkan tangannya kuat, was-was menunggu jawaban dari mulut Andrew.

"Belum, alpha masih pergi untuk beberapa hari."

Gadis itu melepas napas yang sempat tertahan, ia kembali mengalihkan pandangan menatap jendela, seolah benda itu merupakan benda paling menarik di sana.

Andrew masih memperhatikan Evelyn selama beberapa saat, sebelum membuang napas karena ia tidak mendapat respon lain.

Sesaat, Andrew menatap iba gadis di depannya. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Ia sudah mengusahakan semua yang ia bisa untuk Evelyn. Andrew tahu, yang ia lakukan mungkin salah, namun ia tidak punya banyak pilihan. Ia telah melakukan semua yang terbaik menurut dirinya.

"Aku pergi dulu." Andrew mengecup puncak kepala Evelyn, sebelum akhirnya berjalan menuju pintu.

"Terimakasih."

Setelah kepergian lelaki itu, ingatan Evelyn kembali memutar kejadian yang ia alami beberapa hari lalu. Ia masih ingat wajah bengis pria itu. Ia masih ingat bagaimana rasa sakit yang mencekam tubuhnya kala pria itu mencengkram wajahnya, hingga mendaratkan tangannya pada mukanya. Semua masih terasa segar dalam ingatan. Bahkan setiap kata yang keluar dari mulut kotor pria itu seakan kembali berdenging dalam kepalanya.

"Evelyn, Evelyn Southwell. Putri dari Delta di Southern Teritorial Pack. Ah aku ingat saat alpha di pack itu mati. Tak kusangka, kita bertemu lagi, warrior."

Secret Mate ✔Where stories live. Discover now