VII. Eccedentesiast

15.5K 1.3K 24
                                    

Siang itu Ivy datang ke kafe dengan wajah bersemu-semu. Ia sedikit meloncat-locat sembari bersenandung kecil saat memasuki kafe, tentu saja tingkahnya menarik perhatian para pelanggan.

Saat sampai di depan counter, gadis itu berhenti sebentar lalu menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat keemasan pada Evelyn.

"Bukalah, Eve!"

Dengan hati-hati Evelyn membuka amplop itu. Amplop itu tersegel dengan lilin, seperti tipikal surat abad pertengahan.

Evelyn pun membaca isi di dalamnya pelan-pelan. Namun yang menangkap perhatiannya adalah sebuah tulisan.

Alexander Carlton

&

Catrice Snow

Request the pleasure of your company at their wedding celebration

Tubuh Evelyn seakan membatu, napasnya tercekik seolah suplai oksigen lenyap begitu saja. Hatinya terasa seperti dicabik-cabik kala ia membaca ulang tulisan itu untuk kedua kalinya. Ia ingin memastikan bahwa apa yang ia baca bukanlah sebuah ilusi.

Wedding-Alexander-Catrice. Ini nyata, matanya tidak berbohong. Ia kembali merasa dadanya dihantam begitu keras. Hingga paru-parunya semakin sesak dan perutnya mulai bergejolak.

Evelyn menelan salivanya yang terasa pahit. Ini nyata dan ia memang bukanlah siapa-siapa, ulangnya kembali dalam hati. Matanya perlahan semakin memburam.

"Kakakku akan segera menikah, Eve. Akhirnya setelah bertahun-tahun, aku selalu menunggu saat itu tiba," ucap Ivy membuat Evelyn mengalihkan pandang dari secarik kertas yang seolah beracun.

Ivy memegang kedua tangan Evelyn. "Oh ya dan kakakku akan mengunjungi tempat ini nanti. Mungkin ia akan tiba beberapa saat lagi."

Evelyn memasang senyum paksa. Tampangnya bisa berbohong, tapi hatinya tidak. Tanpa sadar setetes air mata lolos begitu saja dari kedua pelupuknya. Ia mengusap air matanya kasar.

"Hei Eve, kau tidak apa-apa?"

Evelyn hanya bisa mengangguk. Lidahnya kelu. Selama beberapa saat ia berusaha menetralkan perasaannya.

"Sepertinya ada bubuk lada masuk ke mataku," ucapnya sebelum mengusap matanya kembali.

Ivy mengamati wajah Evelyn sebentar sebelum akhirnya mengangguk mengerti.

"Oh ya, selamat atas pernikahan kakakmu, semoga mereka hidup bahagia," ucap Evelyn berusaha sebisa mungkin agar suaranya tak terdengar parau.

Sakit, benar-benar sakit. Evelyn bahkan tidak mengerti bagaimana ia masih kuat berdiri di atas lantai itu, saat dunianya terasa diputar balik dan remuk.

"Kau harus datang Eve, aku tidak mau ada alasan apapun untuk kau menolak," kata Ivy masih dengan nada riang.

Evelyn tidak tega menolak gadis itu. Melihat bagaimana bersemangat dan bahagianya dia. Evelyn tidak ingin membuat Ivy sedih dan kecewa jika dirinya menolak. Karena itulah, Evelyn akhirnya mengangguk, mengiakan permintaan gadis itu.

Kau kuat Eve, kau bisa melakukannya.

Belum sempat Evelyn menarik nafas lega, kini sosok Alexander muncul di hadapannya. Lelaki itu menatapnya intens. Pandangan matanya tak pernah lepas dari Evelyn, membuat tubuhnya kontan menegang.

****

Alexander telah sampai di tujuan, sebuah kafe tempat ia berjanji untuk bertemu dengan Ivy. Pandangan mata lelaki itu kagum dengan arsitektur yang dipakai pada kafe ini.

Secret Mate ✔Where stories live. Discover now