VIII. Emptiness

15.3K 1.3K 13
                                    

"Andrew, bisakah kau membuka toko sendiri, sepertinya aku ingin mengambil cuti hari ini."

Evelyn merasa tubuhnya benar-benar lemas setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya pagi itu. Sejak tadi, ia memang tidak bergerak sesenti pun dari tempat tidur, ia merasa tidak punya tenaga untuk melakukan apapun.

"Kau tidak apa-apa, Eve? Apa aku perlu ke sana untuk menemanimu?" ucap Andrew terdengar khawatir.

"Tidak perlu, Drew. Kau bekerjalah di kafe, kasihan jika banyak pelanggan kecewa karena tidak bertemu denganmu," jawab gadis itu ringan. Ia tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir.

"Eve, please. Aku sedang tidak bercanda," rengek Andrew di ujung telepon.

"Aku baik-baik saja, Drew. Mungkin hanya kelelahan dan butuh sedikit istirahat," balas Evelyn tenang. Membuat sahabatnya itu akhirnya menarik napas lega.

"Okay, aku akan ke apartemenmu setelah menutup kafe. Apa kau ingin menitipkan sesuatu?"

Mendengar pertanyaan Andrew, entah mengapa membuat imajinasi Evelyn melayang pada gambaran kue mungil manis berhias icing coklat. Evelyn benar-benar menginginkannya, air liurnya bahkan mengalir begitu deras saat ia membayangkan makanan manis itu.

"Aku-aku ingin cupcake cokelat."

Andrew tertawa kecil, "Ada lagi nona?"

"Tidak. Terimakasih, Drew."

Evelyn menutup telepon mereka. Ia lalu kembali berbaring menengadah, memandang langit-langit yang kosong seperti jiwanya.

****

"Alex!" Alexander terbangun dari lamunan setelah mendengar nada bicara naik itu.

"Apa yang terjadi denganmu, kau sering sekali melamun akhir-akhir ini," keluh lelaki yang duduk di samping sang alpha.Alexander menatap Nathaniel bingung.

Apa benar dia sering melamun akhir-akhir ini?

Alexander hanya teringat dengan pertemuannya dengan sang mate 3 hari lalu. Ia masih ingat jelas gambaran wajah mate. Tubuh gadis itu terlihat lebih kurus, kulitnya pucat, mata memerah, dan sedikit berair. Gadis itu tampak begitu ringkih dan butuh penopang.

Dada Alexander terasa seperti di ikat kuat saat bayang-bayang ekspresi sedih Evelyn kembali muncul di otaknya.

"Alex, jika kau tidak berhenti melamun. Kita tidak bisa melanjutkan meeting ini."

Alexander kembali menatap kosong sahabatnya yang tengah frustasi itu. Keadaan pack memang genting setelah para rogue berhasil membobol sistem keamanan saat pesta ulang tahun sang adik.

Alexander mengusap bagian atas kepalanya kasar. Ia harus kembali fokus dan menyusun prioritas. Pernikahannya dengan Catrice tinggal menghitung dentingan waktu, kurang dari dua minggu lagi dirinya akan menjadikan gadis itu miliknya seutuhnya.

Maka dari itu ia dan Nathan sedang membahas masalah keamanan pack yang menjadi isu selama beberapa bulan terakhir. Acara besar pack, terutama yang berasal dari keluarga petinggi pack, merupakan perhelatan besar sekaligus perayaan yang dipersembahkan bagi para anggotanya. Namun perhelatan besar pack tentu juga merupakan sasaran empuk para musuh. Mereka akan memanfaatkan momentum untuk menyelundup dan mengacaukan segalanya.

Dan semakin lama, keberadaan para rogue yang bersembunyi di sekitar wilayah mereka semakin mengancam. Terutama setelah kekacauan di pesta ulang tahun Ivy yang menyebabkan beberapa warga yang mendapati racun wolfsbane di minuman mereka.

Nathaniel mengamati Alexander yang masih menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Pandangannya menerawang seakan jiwanya berada di tempat lain.

"Pernikahan kalian tinggal menghitung hari, bung. Kau tidak boleh seperti ini," ungkap sang sahabat lagi.

Secret Mate ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu