Part 1

14.2K 398 5
                                    

Sebuah pesta perayaan diadakan secara private di salah satu beach club. Malam itu Bali terasa indah dan nyaman dengan berkumpulnya sahabat dalam satu waktu.

"Aku tak menyangka Ayahmu menyerah secepat ini.", ucap lelaki dengan tampang berkarakter nan tampan.

"Jadi, apa aku sudah bisa menyombongkan diri?", jawabnya.

Beberapa orang memberikan tawa sebagai tanda persetujuan.

"Sudah sejak dulu kau memang sombong, Ars.", sambung wanita tercantik di malam itu.

Arslan tersenyum miring dan mengangkat alis dengan maksud agar semua tahu itu memang dia. Arslan Gimawan, lelaki karismatik, kini sudah resmi memimpin G-grup pusat milik keluarganya.

Dave dan Anne sahabat dekat Arslan,  sedang duduk satu meja mengabaikan rekan Arslan lainnya. Mereka berdua memiliki prioritas di hidup Arslan.

"Sayang, simpan kata-katamu. Tak perlu kau puji lelaki macam ini. Biarkan aku yang melakukannya dan kemuakan seutuhnya akan kutelan sendiri.", ucap Dave pada Anne, sang kekasih.

"Oke stop, sudah kuingatkan jangan menggunakan kata-kata cinta saat kalian di dekatku, mengerti? Hargai aku.", sela Arslan.

Anne tertawa keras melihat sahabatnya merajuk seperti biasa.

"Sudahlah, malam ini milikmu. Tapi Anne selalu milikku, Ars.", Dave menekankan.

Arslan mendengus kalah. Sementara itu Anne tertarik pada satu keadaan maka ia bertanya.

"Aku ingin tahu, apa perjodohanmu kemarin memberi dampak pada luluhnya hati seorang Cokro Gimawan?", tanya Anne.

Arslan dijodohkan oleh keluarganya tanpa penolakan beberapa saat lalu. Namun baik Dave ataupun Anne tidak tahu kelanjutan cerita itu.

Arslan menggeleng dengan lemah dan menyandarkan diri di kursi.

"Orangtua jaman sekarang tidak seperti dulu. Aku hanya dikenalkan, tidak ada kewajiban aku harus berjodoh dengannya. Aku bangga memiliki ayah modern walaupun kadang ia sedikit konyol.", Arslan menjelaskan.

"Benarkah? Apa dia tidak menarik? Wanita itu.", selidik Anne.

Dave sama sekali tidak tertarik dengan pembahasan seperti ini. Dia akan mendengarkan jika memang Arslan ingin bercerita tetapi tidak dengan mengorek informasi seperti yang dilakukan kekasihnya sekarang.

"Mmm wanita itu menarik. Semua Orang Kaya bisa merawat diri dengan baik dan dia juga berprestasi, tapi....?"

"Tapi???", sela Anne.

"... tapi entahlah kami belum bisa satu frekuensi."

Dave mengangguk-angguk mungkin pertanda setuju.

"Apa maksud anggukanmu itu?", ternyata Anne memperhatikan kekasihnya.

"Aku hanya berpikir jika Arslan benar dengan mengikuti hati, sekalipun itu perjodohan."

Arslan mengangkat tangan bermaksud toss pada Dave namun diacuhkan.

"Sial, tapi aku setuju. Belum sekarang, mungkin nanti atau tidak sama sekali, aku dan dia tidak saling memaksa. Kurasa dia juga kurang tertarik padaku, karena aku terlalu......tampan. haha...", bangga Arslan atas dirinya.

Dave melempar kentang goreng padanya.

"Lihatlah. Dasar brengsek kau, Ars."

Arslan masih tertawa.

"Aku percayakan G-hotel pada kalian. Kupastikan Dave akan naik menjadi GM atau bahkan Direktur. Lalu kita akan berbeda kantor mulai bulan depan.", ucap Arslan kali ini lebih serius meskipun masih dengan tawa riang khasnya.

KICK IT ✅Where stories live. Discover now