Langit : bangsat
Langit : anjing
Aku mengernyit, ini baru saja pulang sekolah dan dia sudah emosi. Apa mungkin penyebabnya karena soal ulangan tadi? Ah, aku tidak tahu, tidak bisa menebaknya.
Rani : kenapa si lo?
Langit : Nadia
Aku pikir karena soal lain, ternyata Nadia. Dadaku sedikit sesak, aku segera menggeleng untuk segera sadar, kalau aku bukan siapa-siapa.
Rani : dia kenapa?
Langit : dia cuma mau mainin gue doang
Rani : kata siapa lo
Langit : bangsat
Rani : kok jd emosi ke gue sih
Langit : ya gue kan lagi chat sama lo
Benar juga kata Langit, tapi tidak harus melampiaskannya padaku. Dasar!
Rani : emang kenapa sih?
Langit : dia masih deket sama Dewa
Langit : bilangnya dia mau sama gue
Langit : bangsat
Rani : sabar, Lang, sabar
Aku meringis, takut pesanku justru membuatnya semakin emosi. Jujur saja, sesak sekali rasanya setiap mendengar dia cerita tentang perempuan lain. Tapi bahkan dia tidak pernah menatapku sebagai seorang perempuan-sepertinya.
"Ran," panggil Bang Reno.
Aku mengangkat sebelah alisku, "apa?"
"Beliin rokok dong, nih duitnya. Sisanya lo beli susu kek," ucap Bang Reno sambil meletakkan beberapa lembar uang di atas meja makan dan masuk ke kamarnya.
Hari ini dia pulang lebih awal dari biasanya, mungkin karena sedang bulan puasa. Karena Ibu pulang setelah berbuka puasa membuat Bang Reno jadi pulang lebih awal untuk buka di rumah bersamaku. Hm, tentang Ayah, dia tidak pulang sejak hari itu. Aku juga tidak tahu kabarnya, karena Bang Reno pun tidak mencari tahu.
Aku mengambil uang tersebut lalu berjalan keluar rumah, jemariku tetap menggenggam ponsel. Tiba-tiba saja bergetar, pertanda ada pesan masuk. Dengan sigap aku buka ponselku sambil melangkah sedikit demi sedikit ke minimarket.
Langit : bakal gue bales dia
Rani : mau lo apain?
Langit : mainin balik lah
Rani : gak gitu juga kali
Langit : y
Aku mendengus melihat balasannya, aku putuskan untuk melanjutkan langkahku tanpa melihat ponsel lagi. Aku melangkah masuk ke dalam minimarket, udara dingin dari AC langsung menyambutku. Langkahku menuntun ke tempat yang berisi minuman, melihat berbagai macam minuman membuat salivaku terteguk karena menggoda. Aku menggeleng cepat dan tanganku telah mengambil satu kotak susu berukuran besar, langkahku kembali berjalan menuju kasir untuk membeli titipan Bang Reno dan membayar susu yang aku ambil tadi.
Hari ini tidak begitu panas, banyak orang-orang keluar rumah untuk ngabuburit atau sekadar membeli makanan untuk berbuka puasa. Setelah aku perhatikan sepanjang jalan menuju rumahku dipenuhi para penjual. Aku ingin segera sampai rumah, sebab keluar rumah seperti ini bukan hal yang cocok untuk aku lakukan. Aku merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.
Rani : Lang
Langit : ?
Rani : bentar lg gue ultah
BẠN ĐANG ĐỌC
Langit dan Hujan [sudah terbit]
Teen FictionSUDAH TERBIT, PEMESANAN BISA HUBUNGI PENULIS/PENERBIT DULU DAN PART AKHIR SUDAH DI UNPUBLISH "Ini bukan tentang proses terjadinya hujan atau tentang apa yang terjadi di langit. Ini hanya cerita tentang dua anak yang baru saja beranjak remaja." Jang...