Salvator [On Hold]

08

Matahari yang merunduk di sisi barat, menghabiskan tehnya sebelum membiarkan bulan mengambil alih tahta. Semburat oranye meredup seiring warna nila tumpah ke langit dan serangga malam sudah mulai bersahutan. Seharian penuh suara hantaman tapal kuda pada jalan setapak yang membelah hutan Oz dengar seharian penuh, sebelum pepohonan mulai jarang menyapa dan padang rumput tampak di pelupuk mata.

Rumput-rumput hijau yang saling bergesek menggantikan candaan daun-daun ketika cahaya lentera yang terang menjadi tanda adanya pemukiman di tengah padang rumput. Oz memelankan kuda hitamnya dan menghela napas sembari mengelus leher tunggangannya dengan lembut. Mungkin cara lelaki itu untuk mengucap terima kasih kepada hewan yang sudah mengantarnya ke kota para petualang selama tiga belas jam dengan satu jam beristirahat di hutan akasia.

Dyne di atas padang rumput yang sangat luas sebelum berakhir ke jurang dengan sungai beraliran deras yang berasal dari air terju di sebelah utara. Daerah tersebut diembus angin dengan sangat kencang sehingga Oz menarik tudungnya lebih ke depan, sampai dia rasa cukup untuk melindungi matanya dari salju yang mulai membumi.

Pemuda itu mengamati sekeliling dengan seksama, melihat bekas-bekas sayatan pedang atau tancapan anak panah pada batang pohon akasia yang masih tersisa. Sebelum dia melewati gapura yang terbuat dari batu setinggi enam meter berukirkan kata Dyne di salah satu sisi untuk menyambut para pelancong, Oz menantapkan diri dan membuang semua getaran negatif yang sudah memenuhi kepalanya.

Satu persatu para penduduk menyalakan lentera di depan rumah mereka untuk menerangi malam sekaligus memberi tanda bahwa masih ada kehidupan di kota kecil yang lumayan padat ini. Sejauh Oz menyapu pandang, banyak orang-orang berlalu lalang mengenakan mantel tebal berbulu yang sebagian besar terbuat dari kulit singa hasil perburuan.

Oz menitipkan kudanya pada seseorang yang memang disediakan untuk menjaga kandang kuda milik para pelancong kemudian berjalan di antara keramaian yang menghiasi. Kemudian langkahnya membawa tubuh berjubah yang letih itu ke sebuah bangunan yang terdiri dari dua lantai, terbuat dari batu bata merah dan kayu yang mana terdapat plat besi besar yang bertuliskan, "One night = one gold".

"Kapitalis," gumamnya sebelum memasuki pintu kayu yang sengaja dibuka lebar-lebar oleh para Savial atau ras budak yang menjadi pelayan di sana. Tanpa babibu, lelaki itu langsung menuju ke meja konter untuk menemui pemilik penginapan atau setidaknya seseorang untuk melayani pemesanan kamar selama satu minggu. Namun tidak ada siapa pun di sana, jadi Oz harus menunggu dengan menundukkan pantatnya yang terasa kaku akibat berkuda. Padahal dia ingin sekali merebahkan diri alih-alih duduk dan mendengarkan celotehan orang-orang di ruangan ini.

Seorang wanita Savial memberikan segelas minuman padanya dan menyuruhnya menunggu dengan takut-takut. Oz hanya mengangguk dan membiarkan minuman hangat itu tergeletak di meja konter sedangkan matanya sibuk menyapu pandang ke setiap sudut ruangan. Tembok yang tidak begitu bersih karena adanya bekas-bekas kertas yang ditempelkan kemudian di lepaskan atau ditumpuk oleh kertas lain. Sebagian besar berisi permintaan untuk mendapatkan barang langka atau bahkan kepala manusia yang telah ditetapkan boleh dipenggal karena merupakan buron. Uang imbalannya pun tidak kecil ratusan sampai ribuan keeping emas yang Oz pikir bisa membuatnya hidup enak selama beberapa tahun ke depan - jika dia tidak menginap di tempat kapitalis ini.

Tiba-tiba seorang wanita gemuk datang memasuki meja konter dengan tangan dan leher yang penuh perhiasan. "Berapa malam?" tanyanya pada Oz yang tengah memiringkan kepala, mencoba mendengar lebih jelas karena keramaian di dalam sini. "Berapa malam?"

"Satu minggu." Dia mengeluarkan tujuh keping emas dari kantong bludru dan meletakannya di atas meja. Dan dengan sigap wanita kapitalis ini mengambil uang itu secepat yang ia bisa seperti katak yang menyambar serangga.