"Kamu ngerasa punya hak untuk marah?" balas Seunghun sinis.

Risa mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku memang kelewat bodoh ..." ucapnya, bermonolog. "Gimana rasanya bohongin seseorang habis-habisan selama kurang lebih satu tahun?" tanya Risa sinis. "Selama ini aku pasti keliatan bodoh banget di mata kamu."

"Ketimbang itu, kamu lebih keliatan gak tau malu. Berlagak jadi yang paling rapuh, menderita, dan terus-terusan berharap untuk hidup bahagia, padahal ada seseorang yang harus kehilangan hidupnya karena ulah manusia sampah seperti kamu!" Seunghun merasa semakin jengkel, karena Risa balas menatapnya dengan penuh kebencian seolah hanya Seunghun yang jahat di sini.

"Karena itu aku peringatkan kamu untuk pergi secepatnya dari rumah ini! Atau aku sendiri yang bakal turun tangan dengan kasih tau Mama dan Papa soal siapa kamu sebenarnya!" Seunghun sama sekali tak keliatan main-main dengan ucapannya.

"Heh! Jam berapa ini? Katanya mau temenin gua beli baju!"

Suah datang untuk mengomel waktu Seunghun turun dari lantai atas. Pasalnya, semalam Seunghun telah berjanji bahwa hari ini akan menemaninya belanja. Hampir satu jam Suah menunggu dari waktu seharusnya mereka janjian, Seunghun yang tak membalas pesannya sejak tadi membuatnya datang langsung ke sini untuk mengomel.

"Gak jadi. Gak mood." Seunghun menyahut sambil berjalan keluar.

Gadis bernama lengkap Im Suah yang dilewatinya begitu saja langsung mengekori keluar dengan wajah kesal.

"Mood lo gampang banget ancur sih, kaya cewe aja!" ejek Suah.

"Berisik!" Seunghun turun ke garasi menuju mobilnya.

"Terus lo mau ke mana?"

"Rumah Midam," ujar Seunghun sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Mama Kim datang ke teras dengan raut wajah keheranan.

"Dia kenapa sih, Suah?"

"Justru aku mau nanya sama Tante, dia kenapa lagi sih?" balas Suah.

"Perasaan tadi dia baik-baik aja." Mama Kim menatap keheranan pada mobil putra bungsunya yang perlahan melaju, menjauh dari rumah.

Sementara itu di sisi lain, Midam juga dibuat keheranan oleh kedatangan Seunghun di apartemennya. Walau memang sahabatnya itu terbiasa datang tanpa memberitahu sebelumnya, Midam keheranan karena kali ini Seunghun datang dengan raut wajah kesal.

"Arghhhh sialaaaan!!!"

Midam menyudutkan punggungnya sendiri ke sudut sofa. Sambil menatap ngeri ke arah Seunghun yang baru saja berteriak melampiaskan amarahnya.

"Kenapa lagi sih?" tanya Midam.

"Cewe sialan! Berani-beraninya dia muncul di depan gua lagi!" Seunghun mondar-mandir, sambil menggerutu sendiri.

"Lo ke sini cuma mau numpang marah-marah?" tanya Midam lagi, tak habis pikir.

"Kim Risa bakal tinggal di rumah gua buat kerja sebagai pengasuh Nara."

Midam sontak melempar bantal sofa yang sejak tadi dipeluknya dan beranjak turun dari sofa. Sebagai sahabat Seunghun, tentunya dia tau siapa Risa dan apa yang terjadi antara gadis itu dan Seunghun, termasuk soal rencana balas dendam Seunghun pada Risa selama ini.

"Kok bisa?"

"Ternyata dia temen kuliahnya Yonghee."

"Yonghee siapa lagi?" tanya Midam.

"Anaknya temen Mama. Dia rekomendasiin temennya waktu Mama minta dicariin seseorang buat jadi guru les sekaligus pengasuh buat Nara. Dan ternyata temennya itu ... Kim Risa." Seunghun menghempaskan tubuhnya ke sofa milik Midam.

Dia meremas rambutnya sendiri. Melampiaskan rasa kesalnya karena kehadiran Risa di rumah orang tuanya yang sama sekali tak pernah dirinya duga.

Midam ikut mendudukkan diri di sofa satunya.

"Gak abis pikir, kok bisa-bisanya kalian ketemu lagi, bahkan bakal tinggal satu atap? Gua jadi curiga deh, Hun, jangan-jangan tu cewe emang ditakdirin buat jadi jodoh lo-"

"Jaga mulut lo ya, Midam!" sewot Seunghun.

"Sorry." Midam cepat-cepat menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi hanya sesaat. "Orang tua lo gak tau ya bahwa dia adalah orang nabrak Shasha 4 tahun lalu?"

Seunghun mengangguk. Dalam posisi berbaring di sofa dia menatap langit-langit apartemen Midam.

"Gua harus gimana, Dam? Mana tahan gua kalau harus liat muka tu cewe setiap hari ..." ucap Seunghun.

Midam menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Seunghun.

"Sama halnya kaya Risa, gua rasa perasaan dia sekarang gak beda jauh sama apa yang lo rasain karena kalian bakal tinggal satu atap," ujar Midam.

"Gua udah peringatin dia untuk pergi, atau gua bakal kasih tau Mama dan Papa bahwa dia adalah orang yang udah nabrak Shasha 4 tahun lalu."

Midam diam memperhatikan Seunghun selama beberapa saat. "Eh, Hun, lo pernah gak sih sedikit aja ngerasa jahat karena apa yang udah lo lakuin sama Risa?"

Seunghun langsung bangun begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Midam dengan raut antara enak tak enak waktu melontarkan pertanyaan itu.

"Maksud gua ... dia emang salah karena 4 tahun lalu nyetir dalam keadaan mabuk dan akhirnya nabrak Shasha, sampai Shasha kehilangan nyawa. Tapi ... Risa sendiri juga pasti gak mau insiden itu terjadi. Mmm ... maksud gua, siapapun bisa bikin kesalahan selama hidup di dunia ini, kan?" ucap Midam.

Seunghun kembali menghempaskan punggungnya ke atas permukaan sofa dan menatap langit-langit.

"Persoalan ini beda, Midam. Lo juga tau lah apa yang bikin gua benci setengah mati sama Risa. Gua gak bakal repot-repot balas dendam, andai 4 tahun lalu dia dan keluarganya datang nemuin Ibu Shasha untuk minta maaf. Bukannya malah ngirimin banyak uang, seakan uang-uang setara sama nyawa Shasha yang udah direnggut Risa." Mata Seunghun terpejam waktu mengatakannya.

Seketika Midam merasa iba waktu melihat buliran bening meluncur jatuh dari sudut mata sahabatnya itu.















Haai🖐🖐🖐
Jangan jadi sider ya:)
Voment juseyo😉

Fiance || Kim Seunghun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang