Net

1K 250 45
                                    

Risa POV

"Gimana acaranya?"

Seunghun bertanya, sambil berdiri membukakan pintu apartemennya—membiarkan aku masuk duluan. Sesaat setelah menutup pintu, dengan cepat dia menyusul, mengambilkan sepasang sandal bulu berwarna pink dan meletakkannya di hadapan kedua kakiku.

Sesaat aku mengulum senyum karena perlakuan manisnya itu.

"Gak menyenangkan." Aku menyahut sambil berjalan ke arah sofa, lalu menghempaskan punggungku di sofa miliknya.

"Hm? Kenapa?"

"Orang-orang yang hadir di sana, gak menyenangkan." Aku tak menjelaskan lebih jauh. Mana mungkin aku bercerita pada Seunghun, tentang orang-orang yang menyebutku Si Pembunuh.

Walau suatu saat, mau tak mau, aku harus memberitahunya soal itu. Tapi yang pasti bukan hari ini.

"Mau makan?" Seunghun bertanya lagi, sambil duduk di sampingku.

Aku mengangguk cepat-cepat. "Lapar banget. Aku belum makan apa-apa dari sore."

Waktu dia beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur, dengan senang hati aku ikut beranjak untuk mengekorinya. Aku selalu suka melihatnya memasak.

Seunghun memakai celemek putih polos. Berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan masakan dari sana.

"Kenapa gak makan di acara tadi? Pasti banyak makanan enak di sana."

"Gak selera."

"Aku masakkin spaghetti gak apa?"

Aku mengangguk kesenangan, lalu mendudukkan diri di kursi meja makan—menontonnya yang mulai memotong-motong bawang bombay.

"Seunghun ...."

"Iya?"

"Orang tua kamu apa kabar? Kapan aku bisa bicara sama mereka?"

Seunghun tersenyum, kegiatannya memotong bawang terhenti sesaat. "Tunggu, lusa aku punya kejutan buat kamu." Dia malah mengatakan itu lagi.

Aku jadi penasaran, apa lusa nanti ... dia akan mengenalkan aku pada orang tuanya secara langsung?

Seunghun bilang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Dia tinggal sendirian di Seoul, sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.

Dan selama kami berpacaran, belum pernah sekali pun aku berbincang dengan orang tuanya, walau via telfon atau video call sekalipun. Seunghun bilang, orang tuanya selalu sibuk selama satu tahun terakhir ini. Seunghun juga bilang, dirinya banyak bercerita tentang aku pada orang tuanya. Mamanya juga berkali-kali menitipkan salam padaku.

Berbeda dengan aku yang telah beberapa kali mengajak Seunghun ke rumah, bahkan telah mengenalkannya pada Mama dan Papa.

Walau baru menjalin hubungan selama hampir satu tahun, aku dengan dia bukan hanya sekedar menjalin hubungan asmara biasa. Kami menjalin hubungan ke arah yang lebih serius.

Selama ini, entah berapa kali Seunghun mengatakan 'aku mau nikah di umur 27 tahun'. Jadi mungkin, kejutan yang Seunghun maksud akan dia berikan padaku lusa nanti berkaitan dengan rencananya itu.

"Seunghun, aku mandi dulu ya," ucapku sambil beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya.

"Oke. Aku usahain makanannya siap pas kamu selesai mandi," serunya.

"Thanks."

Aku membuka lemari Seunghun, untuk mengambil paper bag berisi piyama tidur dan yang lainnya—yang memang sengaja aku simpan di sini. Karena tak jarang Seunghun mengajakku untuk ikut ke sini setelah kita menghabiskan waktu berdua di luar, aku jadi tak perlu meminjam pakaiannya tiap menumpang mandi di sini.

Fiance || Kim Seunghun✔Where stories live. Discover now