Andai saja waktu dapat diputar kembali. Aleta ingin memperbaiki semuanya. Ingin berdamai dengan Revo dan melupakan semuanya.

Klotak...

Suara seperti barang yang jatuh terdengar dari balkon luar kamar Aleta. Aleta mengangkat wajahnya, ia menusap air matanya dengan cepat lalu bergerak turun dari ranjang.

Aleta menggeser tirai putih yang menutupi pintu kaca balkok kamarnya. Begitu pintu kaca terbuka, Aleta mendapati satu kotak merah berbungkus pita berwarna merah tergeletak dilantai. Aleta menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan mencari orang yang tengah berbuat iseng padanya. Siapa yang mengirimkan paket ditengah malam seperti ini dan lebih anehnya melalui balkon kamar Aleta yang berada dilantai dua.

Aleta tidak menaruh kecurigaan apapun. Mungkin Aleta pikir paketan itu sudah ada dari tadi siang. Karena sejak pulang sekolah Aleta sama sekali tidak keluar kamar, jadi wajar saja saat ia tidak tahu ada orang diam - diam memberikannya paket barang.

Aleta mengambil kotak berwarna merah itu. Rasanya berat saat Aleta mencoba mengangkat, dan juga tercium bau aneh. Begitu Aleta membukanya. Teriakan histeris Aleta memecah kesunyian malam.

"AAAAAAAAAA!"

Tubuh Aleta ambruk tak sadarkan diri bersamaan dengan kotak yang terjatuh kelantai dari dalam sana mengeluarkan seekor bangkai ular berlumuran penuh darah dan juga secarik kertas bertuliskan I Will Kill You lengkap dengan tinta merah darah.

🔪🔪🔪

Mata Aleta mengerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Aroma minyak angin begitu menyengat dipenciumannya. Dengan susah payah Aleta mencoba bangkit dari tidurnya melawan rasa pusing yang begitu mendera kepalanya.

Aleta meremas rambutnya mencoba mengingat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri. Namun saat Aleta sudah mengingatnya, ekspresi wajahnya berubah menjadi ketakutan.

"Leta. Hei, kamu kenapa sayang." Ria menarik wajah Aleta agar menatapnya. Bola mata Aleta bergerak liar tak tentu arah seolah tengah mencari barang yang begitu mengerikan dimana barang tersebut berhasil membuatnya shock berujung tak sadarkan diri.

"Leta." panggil Kenzi mengguncang bahu Aleta.

"Ular.... Darah." racau Aleta tidak jelas.

"Kamu ini ngomong apa? Mana ular?" tanya Ria kepalanya ia gerakkan mencari ular yang dimaksud Aleta.

"Ma." Aleta menatap Ria dengan kedua mata melebar dan tangan dinginnya menggegam tangan Ria erat "mereka mau bunuh Aleta, Ma. Tadi ada yang kirimin Aleta bangkai ular."

"Leta kamu ngomong apa sih? Siapa yang mau bunuh kamu?"

Aleta melarikan tatapan matanya pada Kenzi "mereka mau bunuh Leta bang. Mereka neror Aleta." oceh Aleta semakin menjadi.

Kenzi semakin mengerutkan dahinya tidak mengerti. Kenapa dengan Aleta? Apa efek pingsan tadi membuat otak adiknya itu sedikit bermasalah. Teror apa yang Aleta maksud? Saat masuk kekamar Aleta, Kenzi tidak menemukan apapun selain melihat Aleta terkapar dilantai.

"Kamu jangan bercanda dek." ujar Kenzi tak suka, baginya saat ini Aleta hanya ingin bermain - main saja dengan ucapannya. Dalam artian hanya sebuah lelucon saja.

"Aku serius bang!" seru Aleta "tadi disana ada kot_" Aleta menghentikan ucapannya. Satu jarinya menggantung diudara, kalimat yang bafu akan ia lontarkan mendadak hilang begitu saja saat matanya tak menemukan kotak merah berisikan bangkai ular yang ia lihat beberapa menit yang lalu. Kemana kotak tersebut?

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt