3

5.7K 422 36
                                    

Gaun sutera sehijau bola matanya membalut tubuh ramping Mira. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah dan dihiasi dengan perhiasan yang membuatnya terlihat mewah. Jika ini adalah pertemuan pertama mereka maka Maheer akan mengira kalau Mira adalah seorang gadis bangsawan sebab kecantikan yang Mira punya bukanlah kecantikan biasa. Wajahnya aristokrat, tatapan mata hijaunya yang teduh tapi juga tegas mengingatkan Maheer kepada gadis-gadis bangsawan yang berpendidikan dan terpelajar. Sungguh dengan kecantikan yang dia punya bagaimana Mira masih merasa rendah diri?

"Apa aku terlihat aneh?" tanya Mira kepada Maheer dengan cemas. Maher hanya menggeleng, lelaki itu sangat kagum oleh penampilan Mira sehingga tak mampu berkata-kata. "Kafur telah mengajariku bagaimana aku harus bersikap malam ini, aku harap aku tidak membuatmu malu Maheer"

Maheer mengibas-ngibaskan tangannya, "Oh, jangan khawatirkan soal itu Mira, lihat dirimu kau sangat cantik"

Rona merah sontak menjalari pipi Mira setelah ia mendapatkan pujian dari seorang pria yang berhasil mencuri hatinya, "Ya, pelayanmu melakukan tugasnya dengan baik"

Maheer terkekeh pelan melihat gadis itu gugup dan tersipu malu. Ia mengulurkan tangannya kepada Mira lalu berkata, "Ayo, aku yakin malam ini tidak akan membosankan karena kau ada bersamaku"

Mira tersenyum kecil dan menyambut uluran tangan pria itu. Maheer membawanya menuju ke tempat di mana perayaan hari kelahiran Sheikh Taher diadakan dengan sangat mewah dan meriah, oh jika menurut Maheer perayaan ini adalah sederhana maka Mira yakin lelaki itu belum pernah melihat bagaimana perayaan yang diadakan oleh rakyat biasa sebelumnya.

Kehadiran Maheer bersama Mira jelas mencuri perhatian banyak orang, terutama perhatian Sheikh Taher yang duduk di singgasananya. Dari kejauhan sepasang mata setajam elang itu memperhatikan sosok gadis cantik yang datang bersama sang adik. Gadis cantik dengan rambut cokelat terang yang indah dan tatapan hijau yang memikat. Sheikh Taher tidak tahu siapa gadis itu dan tidak pernah bertemu dengannya, ia tersenyum miring dan menduga-duga darimana adiknya mendapatkan gadis secantik itu? Kecantikan yang gadis itu miliki jelas berbeda jauh dengan kecantikan gadis-gadis persia yang sering ia lihat.

Di sisi lain Mira dapat merasakan ia sedang diperhatikan dengan sedemikian rupa oleh Penguasa Bashmad yang duduk di singgasananya. Mira terus menundukkan pandangannya sebab ia tak berani menatap langsung Sheikh Taher, namun ia tahu sepasang mata tajam itu mengintainya seperti mangsa.

Sialnya, Maheer membawa Mira untuk menghampiri sang Kakak. Jantung Mira berdebar semakin kencang seiring dengan langkahnya yang semakin dekat dengan Sheikh Taher yang tak segan menatapnya tajam. Mira jelas ketakutan, terlebih lagi aura pria itu sangatlah gelap dan menyeramkan, berbanding terbalik dengan aura adiknya yang terang dan membuat Mira merasa nyaman.

"Selamat ulang tahun, Yang Mulia" ucap Maheer kepada kakaknya.

Mata Sheikh Taher berpaling dari Mira sejenak untuk menatap adiknya, "Maheer" sapanya, "Aku lihat kau membawa hadiah yang luar biasa untukku"

Mira meneguk ludahnya kasar, entah bagaimana di balik kalimat itu ia merasa Sheikh Taher sedang menyinggungnya bukan hadiah sungguhan yang Maher bawa di tangan kanannya.

"Ini adalah pedang yang kutempah langsung dari tukang besi handal di Yunani" ucap Maheer sambil menyerahkan hadiahnya kepada Taher, "Aku harap kau menyukainya, Yang Mulia"

"Terima kasih" ucap Sheikh Taher yang tidak terlihat tertarik. Tatapannya kembali jatuh kepada Mita yang berdiri kaku di sisi Maheer lalau ia bertanya, "Siapa gadis yang kau bawa bersamamu, Maheer?"

"Dia Mira, Yang Mulia"

"Kekasihmu?"

Maheer terkekeh pelan, "Kau bisa menyebutnya begitu"

Mira menekuk lututnya di hadapan Sheikh Taher sambil menyapa, "Yang Mulia"

Tanpa diduga-duga Sheikh Taher mengulurkan tangannya sehingga mau tidak mau Mira maju satu langkah untuk mencium punggung tangan lelaki itu. Sudut bibir Taher terangkat naik merasakan bibir selembut beledu milik Mira menyentuh punggung tangannya, dia penasaran bagaimana rasanya jika bibir ranum Mira mendarat di permukaan bibirnya. Pasti sangat menakjubkan!

Mira dapat kembali bernafas lega sebab Maheer tidak bercengkerama dengan snag Kakak terlalu lama. Mereka pergi dan duduk di kursi yang telah disediakan untuk menyaksikan perayaan yang tengah berlangsung dengan meriah. Namun, meskipun Mira telah pergi dari hadapan Sheikh Taher ia masih dapat merasakan lelaki itu terus menatapnya dari kejauhan. Sang Sheikh masih mengintai Mura dengan sepasang matanya yang tajam di tengah-tengah keramaian.

Oh, Mira tak bisa mengendalikan rasa gugup dan takutnya sebab ia tahu betul maksud dari tatapan itu. Tatapan yang Sheikh Taher lemparkan kepadanya adalah tatapan yang tidak pantas, tatapan yang seolah mengatakan kalau dia ingin menelanjangi Mira, di sini, sekarang juga.

Mira tak kenal banyak pria, tapi ia tahu bahwa Sheikh Taher adalah pria yang berbahaya. Jauh berbeda dengan adiknya yang sopan dan ramah, Sheikh Taher tidak memiliki moral jika dilihat dari cara bagaimana ia menatap seorang wanita. Lelaki itu angkuh, pikir Mira. Dan sebagai seorang Raja ia sama sekali tidak terlihat bijaksana. Namun Mira tak ingin menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja, oleh karena itu Mira segera menepis segala macam asumsi yang menyelimuti pikirannya dan kembali menyaksikan tarian dari para penari yang bergerak lincah.

"Berhenti" belum lama Mira berhenti memikirkannya, Sheikh Taher bangkit dari singgasananya dan berkata, "Aku ingin adik-adikku turut memeriahkan perayaan ini"

Semua saudari dari Sheikh Taher maju dan ikut menari, sementara itu Maheer yang merupakan satu-satunya adik laki-laki dari Sheikh Taher hanya duduk di tempatnya dan tertawa geli menyaksikan tarian itu.

"Maheer, kau tidak bergabung?" tanya Sheikh Taher kepada Maheer.

Maheer tampak terkejut tapi kemudian ia menggeleng pelan, "Maaf Yang Mulia, aku tidak punya bakat dalam menari"

Sepasang bola mata biru itu menatap lurus ke arah Mira saat dia berkata, "Tapi kekasihmu bisa"

Maheer segera melirik Mira dan hendak meminta persetujuannya tapi sebelum Maheer dapat bertanya para tuan Putri Bashmad sudah lebih dulu menarik Mira untuk menari bersama.

Awalnya Mira menari dengan canggung, tapi alunan musik dan meriahnya suasana membuat gadis itu tenggelam di dalam tariannya. Mira sama sekali tidak menyadari sepasang mata Sheikh Taher terus mengamati setiap gerakannya, jemarinya yang lentik, pinggulnya yang bergoyang selaras dengan irama musik, dan kakinya yang bergerak lincah.

Darahnya berdesir dan nafasnya memburu dalam waktu singkat. Mungkin Sheikh Taher terlihat tenang duduk di singgasananya tapi di balik ketenangan itu keinginannya sangat menggebu-gebu, keinginan untuk mendapatkan Mira di ranjangnya.

— TBC —

Sampai di sini kamu team Maheer atau Taher?

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Shackled To The Sheikh (Completed)Where stories live. Discover now