The Twentieth Thread - "Those Rain That Passes By"

Start from the beginning
                                        

Saat sudah benar-benar berada di halte dan menyaksikan langsung hujan yang menjatuhkan diri dengan lebatnya di tanah, aku baru menyadari bahwa ini hujan yang sangat lebat. Mungkin karena itu, Arlan Pratama menawarkan diri untuk menjemputku pulang. 

Kuperhatikan satu persatu orang yang menunggu di sini. Mereka semua adalah perempuan dan murid SMP. Ada dua orang yang menggunakan seragam yang serupa denganku, putih-biru. Satunya lagi memakai seragam putih yang dilapisi rompi berwarna merah dan rok kotak-kotak merah-hitam. Darimana aku tahu kalau dia juga murid SMP? Itu karena aku melihat logo di lengan pakaian mereka dan memang mengenal semua sekolah di kota ini. 

Gadis yang berompi merah itu ... dia bersekolah di sekolah swasta internasional. Biaya masuk ke sana sangat mahal. Dulu aku mendapat tawaran untuk mencoba beasiswa di sana, tetapi aku tidak tertarik karena lebih fokus untuk masuk ke sekolah SMP pilihan pertamaku--sekolahku saat ini--karena selain memang sekolah favorit, aku juga ingin merasakan sensasi satu sekolah bersama Papa dan Mama. 

"Sudah, berhenti," ucap seorang gadis dengan suara pelan.

Aku mengerjapkan mata saat melihatnya mengibaskan tangannya ke arahku, membuatku memutuskan untuk melangkah menjauhinya pelan-pelan, tidak ingin menganggunya.

Satu gadis yang duduk di ujung hanya diam dan memperhatikan jalanan, sepertinya menunggu kedatangan bus dengan amat serius. Namun setelah kuperhatikan lebih lanjut, dia menatap ke arah seberang jalan, memperhatikan beberapa katak yang melompat-lompat sambil mengeluarkan bunyi dengan riang. Ya, aku sangat yakin itu katak dan bukan kodok. Maksudku ... yang selalu muncul saat hujan itu katak. 

Kami berempat diam saja. Aku tidak mengekspektasikan apa-apa, ini berjalan seperti dugaanku. Mereka akan terus hening sampai menunggu hujan reda atau menunggu bus mereka datang menjemput, sementara aku akan kabur dari situasi itu, karena diam-diam aku berharap agar Arlan Pratama segera datang dan aku bisa segera pulang. 

Baru beberapa saat terjebak dalam keheningan, tiba-tiba datang seorang gadis lain. Dia berpakaian sailor dan tentu saja aku tahu pasti satu-satunya sekolah yang memiliki model seragam itu, sekolah yang paling dekat dengan area ini. Gadis itu basah kuyup. Total, dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. 

Gadis berpakaian sailor itu tampak cuek saja dengan penampilannya yang serba basah kuyup dan langsung mendatangi papan yang menuliskan jadwal keberangkatan bus. Aku mengutuk diriku dalam hati, karena rasa simpatiku kembali muncul. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku rok dan menggenggam sapu tanganku erat-erat. Apakah aku harus memberikannya kepadanya? Atau tidak?

Masih bingung apakah aku harus memberikannya atau tidak, tiba-tiba suara telepon berdering. Dipastikan berasal dari gadis yang berseragam rompi merah. 

"Halo? Bentar lagi juga pulang, kok, Yah," ucapnya sambil menatap ke arah hiasan jaring-jaring yang menggantung di tasnya. "Tinggal nunggu hujan reda." 

"Sudah, ah. Jangan ganggu aku terus," ucap gadis yang ada di sebelahku. 

Aku masih diam, tetapi aku yakin kalau dia memang tidak berbicara denganku. 

Saat sedang memperhatikan gadis yang berbicara sendirian, tak sengaja aku bertukar pandang dengan gadis berseragam sailor yang basah kuyup itu. Rupanya kami sama-sama sedang memperhatikan gadis itu. Dia melemparkan senyum tipis dan kupaksakan diriku untuk membalas senyumannya, walau sedikit. 

LFS 2 - Red String [END]Where stories live. Discover now