Chapter 14 (a)

Mulai dari awal
                                    

"Jangan khawatir, Rhe. Iptu Fang dapat giliran bebas 1 Januari ini."

Aku bersorak. Melirik Kei yang kelihatan jengkel lagi, mungkin karena aku asyik sendiri menelepon. Kulanjutkan percakapan. "Eh, tapi biasanya, ada saja kejadian yang merusak acara. Seperti 1 Januari tiga tahun lalu. Bu Astri masih ingat?"

"Tiga tahun lalu? Waktu itu kamu belum memilih tanggal ultah."

"Oh, iya." Aku menepuk jidat, 1 Januari begitu akrab seolah jadi tanggal lahirku sejak lahir. "Tapi memang ada kejadian, kan?"

"Enggak akan kulupakan seumur hidup. Iptu Fang berhasil menemukan kubur Lilo, saat semua jejak lenyap diguyur hujan dan terbawa longsor. Rhe, kamu kan ikut tantemu ke TKP waktu itu. Padahal sedang sakit. Janji mau nunggu di mobil saja. Kamu waktu kecil lucu banget sih, nempel terus ke Iptu Fang. Sudah deh, jangan khawatir, Iptu Fang sayang banget sama kamu, enggak akan melewatkan 1 Januari nanti ...."

Aku tidak menyimaknya lagi. Kasus Penculikan Lilo .... Itu yang menjadi trauma dan mengubur sebagian memoriku! Aku buru-buru menyudahi pembicaran untuk berpikir lebih lanjut. Apa yang kuingat benar dari kasus itu?

Dengan gegabah aku melepaskan sarung tangan. Langsung memegang sandal dan ikat rambut Lilo. Kenangan dari benda-benda itu mengempaskan aku ke hari nahas yang dialami Lilo. Jemariku terkunci menggenggamnya. Kudengar jerit tangis Lilo begitu dekat di telinga. Kurasakan kengerian dan kesakitannya. Dengan bertahan menyaksikan penampakan itu, aku dapat menemukan identitas si penculik dan tempat Lilo dikuburkan.

Tante pernah bilang, saat itu aku melolong histeris sampai ia merampas sandal dan ikat rambut Lilo dari tanganku.

Baru kusadari sekarang, untuk kasus sedahsyat itu, begitu sedikit yang kuingat, begitu banyak detail terluputkan. Sepertinya aku melaksanakan tugas sebagai Clair di Tempat Kejadian Perkara. Aku sakit katanya? Itu pasti alasan AKPRI dan Tante Fang untuk menutupi peranku. Besar kemungkinan aku mengalami korslet otak setelah penyadapan kenangan intens.

Tante Fang pasti mengira aku hanya kehabisan energi. Dengan tidur, akan pulih lagi. Aku sendiri tidak pernah merasa kehilangan ingatan. Bersama semua orang melanjutkan kehidupan. Dengan sengaja melupakan kasus yang memang terlalu mengerikan untuk diingat-ingat.

Aku menyemburkan napas. Masalahnya, kenangan indah pun ikut terkubur hanya karena terjadi pada hari yang sama. "Di film-film, orang yang mengalami amnesia akibat benturan, bisa sembuh dengan benturan lagi, kan?"

Kei menoleh. "Kalau semudah itu, River enggak perlu masuk kedokteran. Kamu mikir apa sih?"

Aku mengetuk pelipis. "Kenangan traumatis seperti benturan buatku. Bikin sebagian memoriku terkubur. Tapi kenangan emosional ternyata bisa memunculkan kembali memori itu. Hanya sedikit sekali, dan bikin aku frustrasi."

CLAIR [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang