Tig(a)PuluhS(a)tu

499 47 1
                                    

Pria yang sedaritadi kebingungan itu akhirnya menemukan penjelasan yang cukup mudah dipahami oleh adiknya.

"Tadi oppa bertemu dengan seseorang dijalan, lalu oppa menolongnya" ucapnya sesederhana mungkin agar mudah dipahami.

"Siapa orang itu oppa?" Tanya adiknya lagi.

"Oppa juga tidak tau, tadi oppa tidak sengaja bertemu dengannya di jalan" sahutnya dengan sabar.

"Kenapa oppa menolongnya jika oppa tidak tau dia siapa?" Tanya gadis itu dengan polosnya. Mungkin sebuah keuntungan untuk gadis itu memiliki kakak sedewasa oppa-nya itu.

"Kita harus menolong seseorang di sekitar kita tanpa perlu mengenalnya terlebih dahulu Haneul-ah. Jika kita hanya membantu orang yang kita kenal disaat orang lain juga sama, maka setiap orang yang membutuhkan bantuan akan kesusahan" jelasnya panjang lebar.

"Tapi bagaimana jika orang itu hanya berpura pura dan mau berbuat jahat?" Pria itu pun tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari gadis bernama Haneul itu.

"Hm sepertinya itu hanya dapat kita pasrahkan kepada yang di atas, tugas kita hanyalah menyebar kebaikan" jelasnya.

"Oppa, oppa menolong namja atau yeoja?" Tanya Haneul lagi.

"Namja, wae?"

"Jalsaenggyeoseoyo?!"(tampan/ganteng?) Tanya Haneul bersemangat.

"Aigoo, adik oppa sudah besar dan bisa memilah namja tampan dan tidak eoh?" Goda pria itu.

"Oppaaa, kita hanya terpaut beberapa tahun" ucap Haneul sembari mengembungkan pipinya. Melihat ulah adiknya, pria itu pun merasa gemas kemudian memilih untuk mengacak ngacak rambut adiknya itu.

"Jalsaenggyeoseoyo" ucap pria itu yang membuat Haneul kembali bersemangat.

"Woah, oppa harus mengenalkannya padaku!" Serunya.

"Tentu saja, semoga kau bisa berteman baik dengannya"

.

"Oppa, ini namja yang kau tolong" tanya gadis itu pada kakak laki-lakinya di depan brangkar seorang pria kecil dalam rumah sakit itu. Kakaknya itu pun mengangguk pelan.

"Ne, ini dia orangnya. Jalsaenggyeoseoyo?" Tanya pria itu dan adiknya oun mengangguk pelan.

"Ne, tapi sepertinya ia sangat menyebalkan" ucap gadis itu dan kakaknya pun tertawa pelan.

"Kau tidak boleh menilai seseorang hanya dengan sekali melihatnya saja Haneul-ah" ucapnya.

"Aku tidak sekali saja melihatnya oppa, sedari tadi aku sudah melihatnya terus menerus" ucap gadis bernama Haneul itu dengan polosnya yang membuat kakaknya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Ia bingung bagaimana cara menjelaskan hal tersebut pada adiknya itu.

"Maksud oppa, kau tidak boleh menilai seseorang bahkan saat kau belum mengenal dan belum pernah nelihat langsung sifatnya Haneul-ah" ucap pria itu gemas sedangkan Haneul hanya mengangguk paham.

"Eungh" tiba tiba suara lenguhan dari pria kecil itu terdengar yang membuat kakak laaki laki Haneul itu segera memencet tombol untuk memanggil dokter.

"Aku dimana?" Tanya pria kecil itu.

"Kau di rumah sakit" sahut Haneul karena kakaknya tengah mengurus administrasi rumah sakit.

"Rumah sakit. Siapa namamu?"

"Eoh? Bagaimana bisa..." gumam pria kecil itu.

"Hei, siapa namamu? Apa aku harus bertanya berkali kali baru kau mau menjawab?" Ucap Haneul dengan kesal yang justru membuat pria di hadapannya itu tersadar dari lamunannya.

"Wae? Tadi kau bertanya apa?" Tanya pria itu yang justru membuat Haneul memutar bola matanya malas.

"Sama seperti yang kuperkirakan, kau begitu menyebalkan!" Kesal Haneul kemudian menggembungkan pipinya.

"Hei kau marah? Siapa namamu?" Tanya pria kecil itu.

"Sedari tadi aku bertanya siapa namamu, dan kau justru bertanya balik?"

"Oh kau tadi menanyakan namaku? Mianhae, namaku Park Jimin. Siapa namamu?"

"Park Haneul"

NEVER ENDING ●JjkWhere stories live. Discover now