Bab 17

131K 10.2K 952
                                    

Menunggu? 

ayok kita ramaikan dengan spam Vote dan komentar. kalau bisa tiap paragraf kalian komentarin biar mood emak naik!

Sejauh ini, kalian suka sama cerita ini?

enjoy, koreksi kalau typo:*


Fika masih bengong ketika tangannya di tarik Geovan. Entah kenapa, semua yang menyangkut dengan gerakan mendadak Geovan selalu saja membuat otak Fika melambat.

Duta yang melihat pemandangan itu menggeleng. "Nyesel gue kasih tantangan itu,"

"Kenapa Bro?" salah satu teman Duta bertanya.

"Sama, gue juga." Tasya tiba-tiba ikut menimpali membuat Duta dan teman-temannya menoleh.

Dahi Duta mengerut. "Kenapa seragam lo basah?"

Tasya menatap kerah bajunya, lalu berdecak malas. "Kena sembur Jin."

Salah satu teman Duta bertanya. "Sejak kapan Jin bisa nyembur?"

Tasya mendelik. "Sejak rambut lo baru tumbuh di kepala. Dah ah, gue duluan. Yuk Kak,"

Tasya pergi begitu saja, bahkan dia lupa kenapa dirinya bisa ada di sini sendirian karena si tersangka yang menyeretnya justru di seret oleh orang lain.

Sementara Fika yang sekarang sudah tiba di parkiran menatap Geovan bingung setelah berhasil mengembalikan kesadarannya. "Lo ngapain Ge? Katanya mau rapat basket,"

Geovan menatap Fika. "Lo gak denger tadi gue bilang apa?"

Fika menggeleng. "Gak tuh. Yang gue denger lo bilang gue bakal ganggu kalau nunggu lo,"

"Emang," balas Geovan enteng.

Fika menggeram gemas. "Tuh kan, terus ngapain ngajak balik? Sana rapat basket, kasihan si Yuki juga gak bisa nempel lagi sama lo."

Satu alis Geovan terangkat. "Lo cemburu?"

Fika mendelik, tersenyum sinis. "Cemburu? Gak, makasih. Siapa lo?"

"Pacar lo,"

Blush!

Kalimat padat dan jelas itu berhasil membuat wajah Fika memerah. Fika mengalihkan pandangannya dari Geovan lalu menunduk dengan senyum di kulum.

"Kenapa lo cengengesan gitu? Mau balik gak?" lagi, suara Geovan kembali normal seperti biasanya. Datar dan dingin menusuk ulu hati.

Fika mendesah, kenapa sih Geovan itu selalu saja bisa membolak-balikan hatinya? Dan kenapa juga jantungnya berdebar-debar kadang terasa sakit secara bersamaan.

"Lo balik aja sediri. Gue mau balik sama Kak Duta," tidak, Fika tidak bercanda kok. Apa lagi mengingat Duta akan membelikannya Ponsel yang diimpikan Fika. Oh, tentu saja Fika lebih memilih ponsel itu untuk kali ini.

Ketika kaki Fika baru saja melangkah beberapa langkah, pertanyaan Geovan berhasil membuat Fika diam membisu.

"Penting banget ya tantangan itu buat lo?"

Fika terkejut, matanya membelalak. Bagaimana Geovan bisa tahu? Fika buru-buru membalikan badannya.

"Ma─maksud lo apa, Ge?"

Geovan mendengkus. "Jangan kayak orang idiot Fik. Lo pikir gue gak tahu, lo nembak gue di kantin buat menuhin tantangan dari cowok itu?"

Cowok yang di maksud Geovan adalah Duta, Fika tahu. Tapi, bagaimana bisa Geovan tahu?

"Lo lagi mikir dari dari mana gue tahu? Lo emang bener gak berubah ya Fik. Bukan Cuma gue, anak-anak di kantin juga tahu lo baru ngelakuin tantangan," Geovan menjelaskan panjang lebar.

Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)Where stories live. Discover now