Bab 11

138K 11.5K 1.2K
                                    

Rindu?

kita target lagi biar semanagt VOTE 2,5K KOMENTAR 600!!

Tag temen kalian yang suka tenfic biar ikut baca dan meramainkan di sini kay!

Enjoy.. sorry typo:*

Beberapa orang yang ada di dalam bioskop tidak sepenuhnya fokus menikmati film yang sedang berputar. Lebih tepatnya dibagian baris belakang.

Fika sibuk dengan debaran jantung karena tangannya yang masih di genggam erat oleh Geovan. Yuki mencuri-curi kesempatan untuk terus memeluk tangan Geovan meski cowok wajah datar itu mengabaikannya. Afkar sudah tidur di kursinya, Elvan dan Tasya sibuk adu mulut dan umpatan dengan desisan. Hanya Duta yang fokus menonton film sesekali terkesiap karena terkejut.

Sementara Geovan? Tidak ada yang tahu cowok itu menikmati atau tidak. Dari pertama kali film di putar sampai film itu habis, Geovan masih memberi ekspresi yang sama. Datar, dingin dan membeku.

"Fik, Ayo filmnya udah kelar."

"Eh?" Fika mengerjap, melihat beberapa orang yang sudah bangkit dari duduknya, lalu menoleh ke sampingnya di mana Duta memanggil. "Kok─kok cepet banget," Fika bergumam tapi Duta bisa mendengar dengan jelas. Detik itu juga Geovan melepaskan tautan tangan mereka.

"Hah? Lo ngomong apa deh, gak salah denger lo bilang filmnya cepet?" Duta heran, sejak kapan Fika betah menonton film horor.

Fika terkesiap lalu mendongak. "Eh? Ah, bukan. ma─maksud gue filmnya romantis banget."

Duta lagi-lagi dibuat melongo dengan kalimat Fika barusan. Tangannya terulur, menyentuh dahi Fika lalu menyentuh dengkulnya sendiri. "Fik, lo gak kesurupan hantu yang ada di film 'kan?"

Fika menatap Duta tidak paham. "Apaan deh kak Duta, gue masih waras."

Alis Duta terangkat. "Yakin lo waras? Lo bilang tadi filmnya romantis. Sejak kapan film horor jadi romantis?"

"Eh? Emang gue ngomong gitu?"

Duta mendesah lalu membalas. "Fik, kayaknya lo perlu ke dokter deh. Coba cek otak lo,"

Fika menatap Duta tajam. "Lo pikir gue gak waras apa,"

Duta tertawa. "Ya siapa tahu aja, soalnya lo mendadak aneh habis nonton film horor."

"Lo aja, gue enggak." Fika bangkit, matanya mencari-cari cowok yang tadi menggenggam tangannya.

"Sya, lo lihat 'Geovan gak?" Fika bertanya dengan raut wajah bingung karena sekarang Tasya sedang memberikan ekspresi marah. "Lo kenapa? Kok wajahnya lecek gitu. Takut banget sama film horor?"

Tasya menatap Fika sengit, laku berdecak. "Mendingan gue nonton film horor 24 jam. Lo mau tahu kenapa gue bisa semarah ini?" tanya Taasya, memberi jeda.

Fika mengangguk penasaran. Tasya membuang napasnya lalu kembali membuka suara. "Ini semua gara-gara si Elvan sialan itu. Astaga Fik, kok bisa dunia sesempit daun kelor gini sih? Gue lihat dia satu ruangan aja gak rela berbagi udara, di tambah dia duduk sampingan sama gue. Lo tahu gimana? Bahkan bulu kuduk gue aja berdiri terus saking seremnya. Aura negatif Elvan lebih serem daripada film horor tadi."

Fika tertawa mendengar penjelasan Tasya. Cewek itu begitu sangat membenci Elvan karena sebuah insiden yang benar-benar menjatuhkan harga diri Tasya. Tahu Tasya sedang bad mood. Fika merangkul Tasya.

"Jangan terlalu benci Sya, lo tahu benci sama cinta itu beda tipis loh."

Tasya menatap Fika. Satu alisnya terangkat. "Maskud lo?"

Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang