Bab 6

147K 11.2K 572
                                    

Rindu?

Hargai karya emak dengan bubuhkan vote dan komentar yaaaa....

Enjoy, koreksi typo:*

**

Fika menggeram kesal, kakinya di hentakan di atas lantai yang kotor. Dia masih berada di belakang sekolah, mencoba mencari ide supaya berhasil mendapatkan nomor ponsel Geovan. Bagaimana caranya? Geovan benar-benara tidak membiarkan Fika tahu.

"Fika,"

Fika menoleh, dahinya mengerut melihat beberapa cewek berjalan ke arahnya. Mereka bukan fans garis keras yang menantang Fika meminta nomor ponsel, dan ketika Vila menampakan wajahnya Fika mendengkus.

Mereka mulai berkumpul mengerubungi Fika yang terpojok di tembok.

"Lo kok masih gak tahu malu juga ya?" Vila langsung memberi pertanyaan, cewek itu berdiri di depan Fika.

Fika mengabaikan dan lebih memilih memerhatikan kuku jarinya.

Vila menggeram dan kembali berbicara. "Lo budek!?"

Fika menaikan satu alisnya, lalu menoleh. "Lo ngomong sama gue?"

Vila menggertakan giginya. "Menurut lo?"

Fika mengangkat bahu. "Gue pikir lo ngomong sama tembok,"

Vila melotot hampir saja menyerang Fika sebelum Kiti menahannya. "Jangan di dengerin Vil, lo tahu dia itu gak tahu malu."

"Bukan gak tahu malu lagi, tapi muka tembok." Lanjut siswi yang lain.

"Emang, udah tahu Geovan dengan teang-terangan nolak lo masih aja berani ngejar dia. Mata lo itu ada kerusakan apa gimana? Gak lihat Geovan terusik banget sama tingkah laku gak tahu malu lo itu!?" siswi lain ikut memarahi Fika.

Fika menghela napas lelah. "Udah? Sekarang kalian bisa minggir?"

Vila tersenyum sinis. "Minggir lo bilang? Lo lagi ngajak ngajakin kita ketawa?"

Dahi Fika mengerut. "Lo bego ya? Gue bilang minggir, bukan ngajak lo ketawa."

"Lo!?"

"Kalian ngapain?"

Suara seseorang terdengar, mereka semua menoleh termasuk Fika. "Tasya?"

Tasya, berjalan mendekati. Dengan gerakan paksa Tasya menerbos masuk membubarkan beberapa siswi yang mengerumungi Fika.

"Temennya dateng," sindir Kiti.

Tasya mendelik. "kenapa? Takut lo?"

Kiti tertawa geli, di ikuti yang lainnya. "Takut? Ngapain takut sama cewek udik macem lo."

"Lo!?"

"Sya, udah. Ngapain juga ngeladenin mereka, gak penting njir!" seru Fika, menyadarkan Tasya agar tidak terpancing.

Untuk seorang Fika, ini bukan pertama kalinya dia mendapatkan tindakan Bullyng. Sebagai siswi yang terkenal suka dengan tantangan, Fika sudah sering kali berhadapan dengan siswi-siswi yang merasa dirugikan. Dari banyaknya pengalaman yang terjadi, Fika bisa menahan emosinya ketika mereka memaki atau mengumpati Fika.

"Gak bisa gitu dong Fik, dia udah ngatain gue." Kesal Tasya, tidaak terima.

"Kenapa? Lo merasa tersindir, kan itu emang kenyataan. Lo udik, seragam aja masih di masukin ke dalam rok. Terus, rok lo aja hampir naik ke atas dada." Ejeknya.

Fika melotot, sebenarnya Tasya tidak separah itu. Memang penampilannya terlihat cupu walau tanpa embel-embel kaca mata atau rambut kepang. Penampilan Tasya itu masuk ke dalam murid kutu buku. Karena di sekolah mereka, beberapa siswa dan siswi sudah tidak memasukan atasannya ke dalam rok.

Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang