02 - Pertemuan Singkat [REVISI]

14.2K 985 137
                                    

"Gue? Lo enggak tahu siapa gue?" Dirinya tertawa sebentar, mengambil napas panjang. "Gue Aletta Adira Gladies, bidadari yang dikirim dari kayangan buat ketemu sang pangeran di sekolah ini. Kenapa emangnya, iri lo?" -Tata

---

Happy Reading:))

• • •

Kedua insan yang memiliki tingkah laku tak jauh berbeda itu tengah membuat konser dadakan di tengah kelas XII IPS 1, bermodalkan alat musik seadanya dan tingkat kepedean yang apa adanya. Siapa lagi jika bukan Rian dan Aldo. Kembar-kembar nakal, kalau kata Upin-Ipin.

"DIGEBOY GEBOY MUZAIR NANG NING NONG NANG NING NONG."

"Asekk asekkk serr," sambut Aldo menikmati sambil memukul meja dengan kedua tangan, senada dengan alunan suara Rian yang memekakkan telinga itu.

"PAK DULIPAT BANG BUNG DING SERRR."

"Hobahhhhhhh," lanjut Aldo lagi sambil bergoyang mengikuti Rian.

Memang sudah gila, seisi kelas bukannya terganggu justru ikut terlibat dalam goyangan yang diciptakan oleh Rian. XII IPS 1 mabok goyang mujaer.

Rian mengandalkan sebatang sapu yang digunakan sebagai alat untuk bernyanyi, tak segan memberikan goyangan yang hot membuat siswi kelasnya berteriak heboh, tak jarang siswi kelas lain banyak yang mengintip lewat jendela, padahal waktunya kegiatan belajar mengajar.

"MUSTOFA JADI NGGAK KUAT."

"Gak kuat abangg."

"MUSTOFA TERGILA GILA."

"Tergila gilahhhh."

"MUSTOFA JATUH CINTA."

"Goyang manggg!"

"SAMA SEORANG BIDUANNNNHH." Tutup Rian yang tengah membungkuk hebat dengan gaya andalan, menerima tepukan tangan dari semua teman-teman kelasnya.

Rian menyugar rambutnya ke belakang. "Terima kasih ... terima kasih, goyangan kalian luar biasaa!" teriak Rian seakan dirinya tengah mengadakan konser dadakan di tengah-tengah jam pelajaran yang tengah kosong tersebut.

"RIANNNNN, TURUN DARI MEJA GUE SEKARANG JUGAA!" teriak Wati dari ambang pintu kelas yang terbuka lebar, banyak siswi yang menghalangi jalannya.

tidak ada tontonan yang berkualitas apa. batin Wati sebelum memasuki kelasnya.

Mendengar pekikkan dari Wati membuat Rian langsung turun dari meja tersebut dengan cara melompat.

Wajah Wati memerah, tangannya mengepal ketika melihat meja miliknya yang semula sangat bersih dan apik, kini banyak sekali jejak sepatu yang diciptakan oleh Rian. Dari sekian banyaknya meja, kenapa harus miliknya?

Dengan keberanian luar biasa, Wati menarik telinga Rian dengan sekuat tenaga. "RIANN, BERESIN MEJA GUE, SEENAKNYA YA LO. LO ITU JELEK, ENGGAK PANTES PAMER-PAMER KEGANTENGAN LO KE SEMUA CEWEK DI SINI, EMANGNYA GUE ENGGAK TAHU KELAKUAN LO TADI? PAMER GOYANG MUJAER LAGI!" ucapnya beruntun dengan emosi.

Rian meringis, menyentuh pergelangan wati yang tengah menarik telinganya. Bukan mendapat pembelaan, justru hanya gelak tawa menggelitik yang tercipta dari seluruh teman kelasnya itu. Dasar penghianat, tadi saja ikut senang-senang.

"Ampun ... jangan tarik-tarik gitu dong Wati sayang," ucapnya membuat Wati salah tingkah.

Jangan, tidak terpengaruh. Wati semakin mengeratkan jewerannya di telinga Rian. "Enak aja sayang, sayang! Sana tulis di papan tulis apa yang disuruh bu Rik, dia enggak masuk tapi tugasnya tetap masuk. Yang lain, ikutin apa yang ditulis Rian di papan tulis, kalian ngerti!" teriaknya membuat seluruhnya menjawab paham.

Al-Vin [END]Where stories live. Discover now