Engkau berparas elok,
Bak angsa nan rupawan.
Membawa degup jantung
yang lain dari biasanya.
Kasat mata engkau tampak jelas
membawa berjuta kilauan,
tak sabar rasanya kuingin memandangmu lagi
terus memandangmu.
Aku sadar
aku terbuai salah satu keindahan duniawi.
Mencengkram seluruh panca indera
hingga lain tak kurasa.
Engkau seperti matahari di pagi hari,
dan aku melihat dari puncak gunung tinggi.
Sangat indah berseri-seri,
walau sulit kudaki
terbayar semua yang kulalui.
Saat kupandang langit di waktu malam,
ada bulan cantik penuh cahaya.
Terbayanglah engkau sepertinya,
begitu lainnya gelap
seberkas sinar terang terlihat,
amat ingin kudekap.
Ketika hujan datang
langit menangis.
Engkau datang setelahnya,
membawa keceriaan
serta keriangan dihatiku.
Alunan nada sangat merdu.
Harmonisasi menentramkan,
mendebarkan,
mengiramakan saat bersama.
Serupa halnya dengan engkau si Elok,
semua menjadi yang ingin kudengar.
Engkaulah pengalaman yang mesti kulaui,
engkaulah keindahan yang ingin kulihat,
engkaulah kehangatan yang ingin kurasa,
engkau lantunan syair yang selalu kudengar.
Segalanya bukan engkau
namun engkaulah segalanya.
Begitulah hai engkau yang berparas elok.
Apakah engkau menjeratku dengan guna-guna?
Mengapa ketika rasa ini datang,
aku terbang!
Entah apa yang aku rasakan,
aku tak mengerti.
Mungkin benar adanya yang orang bicarakan,
ini cinta!
Jujur kukatakan
ingin kujujur mengatakan.
*Malam kali kedua aku bertemu denganmu. Dan aku namai kau 'Si Elok'
YOU ARE READING
Nafas Nufus
Teen FictionDiawali dari sebuah warung tempat merokok di belakang SMAnya, Nufus yang bergegas dengan teman sebangku barunya yang sebesar Gorila (namanya Border) bertemu dengan Abang, Joy, dan, Dablo yang juga ikut merokok di sana. Dari situ persahabatan mereka...