AKHIR

408 22 2
                                    

     "Hallo!" Kataku yang sebenarnya sudah tertidur.

    "Kamu mana? Aku udah sampek nih!" Kata Puspa yang langsung membuat mataku melek.

Kulihat Fifi sudah tidur disebelahku. Aku langsung bangun. Betul-betul Puspa datang ke kosan.

    "Bentar! Kamu diamana?"

    "Di jalan ini! Aku nggak tau kosan mu yang mana.. keluar cepet!"

    "Iya-iya!"

Aku langsung membuka pintu kosan. Berjalan menuju jalan besar di depan. Jalan menuju kos ku cuma bisa dilewati motor satu. Aku menoleh dan aku lihat ada rombongan mobil.

    "Rissa sini!" Teriak Puspa.

Dia dari mana juga nih bawa serombongan. Akupun menghampirinya.

    "DEG!!!" Jantungku macam terhenti. Aku lihat wajah itu, yang berdiri di belakang Puspa.

Aku takut aku gila lagi. Dengan adanya Puspa, mau tak mau bayangan masa lalu itu datang. Aku terhenti. Tapi sosok itu malah mendekat. Aku takut. Aku takut dengan pikiran aku. Aku tak mau gila semuda ini.

Tapi aku sedar, sosok yang berdiri didepan aku sekarang ni, nyata. Aku bisa dengar hembus nafasnya. Dan rasanya tiba-tiba agak linglung, dan kakiku lemas seketika. Dia menyentuhku. Ada rasa nyeri yang amat sangat di ulu hati. Ada rasa sakit ditenggorokanku yang membuatku susah bernafas. Aku terduduk. Tiba-tiba aku merasa aku tak punya kaki.

Ya.. Fian terus memelukku. Sakit. Tapi aku rindu. Aku tak percaya semua ini. Aku takut sebentar lagi aku akan bangun. Dan kecewa.  Tapi pelukan ini sungguh sangat nyata.

    "Rissa! Dah.. masuk jom, jangan kat luar macam ni.." Perkataan tu bawa aku sadar kembali ke kenyataan. Puspa menolongku berdiri. Dan satu hal yang kuketahui.. ini nyata. Aku berjalan dipapah Fian. Aku hanya melihati wajahnya. Aku masih takut, ini hanya kegilaanku.

Serombongan itu duduk di depan kosanku. Rupanya itu keluarga Puspa. Aku masuk dan membangunkan Fifi. Fifi bangun dan bingung dengan apa yang terjadi. Aku pergi ke indomart sebentar dengan Puspa. Membeli beberapa minum dan makanan ringan. Hari sudah malam, sudah jam 11 malam.

Kembali dari Indomart, aku mendapati Fian yang duduk didalam kos. Aku masih ragu. Aku masih gamang. Dengan langkah ragu, aku masuk kos dan duduk. Fian melihatiku tak terputus. Jujur, aku sedikit salah tingkah.

   "Nah.. untuk abang!" Kataku memberinya sebotol kopi kapal api signature. Akupun meletakkan camilan didepannya.

Fian menerima dengan senyumnya. Ahhh.. aku rindu sangat. Bahkan sekian lama kita tak bertemu, rasa ini kian menjadi.

    "Hmmmmm jumpa sudah kan! Jomlah cakap lah korang berdua dulu!" Puspa langsung keluar.

Hening.. aku tak tau aku mau bicara apa.

    "Maafkan abang.." Katanya.

Lalu.. apa? Apa yang dia mau?

    "Kenapa abang datang?" Tanyaku terus terang. Semua luka ini membuatku lebih kuat, lebih tegar, lebih dewasa. Lebih tepatnya buat aku mati rasa. Jadi.. tidak akan drama lagi seperti dulu.

Fian langsung menggenggam tanganku. Aku tidak menolak. Aku tau.. kalau dia sudah jauh-jauh datang kesini, pasti Ia ingin kembali.

    "Aku bodoh! Aku tak boleh hidup tanpa kau Rissa! Aku hancur.. aku tak boleh buat semua benda dengan betul..." Katanya.

Sakit memang. Tapi.. aku tidak memungkiri, bahwa sampai detik ini aku masih mengharapkan Fian. Dan setelah tau harapanku terkabul, bodoh kalau aku menyia-nyiakan. Bodoh kalau aku berlagak marah. Menurutku dengan Fian datang, itu cukup membuktikan. Sudah cukup kita berdua menderita.

JIRAN ✔Where stories live. Discover now