HAMIL

444 20 0
                                    

     "Apa.. Ka Rissa kan sekarang lebih sibuk pacaran!" Kata Yuli.

Kami baru saja makan siang dari kantin.

    "Mana ada? Ada aku tak nak bila ada orang ajak pergi jalan?" Kilahku.

    "Rissa!!"
Seseorang memanggil dan menghentikan langkah kami.

    "Dipanggil office sekarang!" Kata Nera begitu mendekatiku.

   "Oh.. iya aku kesana! Terimakasih!" Kataku kemudian Nera pergi.

    "Duluan deh! Aku mau ke office!" Kataku pada Yuli.

Aku berjalan menuju office dengan beribu pertanyaan. Hari ulang tahunku udah lewat, apa ada masalah dengar finger ku. Entah.

    "Ada apa kak liyah?" Tanyaku dimeja Resepsionis.

Kak Liyah adalah keraniku.

    "Awak Rissa?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

    "Ikut akak jap!" Aku mengikutinya.

Aku dibawa keruang meeting. Aku kira akan ada orang lain, tapi cuma ada kita berdua. Entah mau bicara apa Kak Liyah.

    "Duduk!" Suruh Kak Liyah.

    "Akak tak tau lah! Banyak betul masalah kalian ni.. "

    "Ada apa Kak?" Tanyaku mulai penasaran.

Kak Liyah duduk dihadapanku, sebelum Ia berbicara, Ia bernafas panjang.

    "Jawab jujur dengan akak.. Kau ngandung ke? Ada orang cakap dengan akak kau dah kawin sebab kau dah ngandung!"

Entah rasanya seperti petir di film-film India yang terjadi di siang hari yang panas ini. Saking terkejutnya aku tak bisa menjawab. Aku takut. Aku takut bakal di buang dan di pulangkan.

    "Jawab akak!"

    "Aku.. tak ngandung!" Jawabku gagap.

    "Lepas tu kenape cam takut sangat macam ni?" Tanyanya sekali lagi.

    "Betul lah.. aku tak ngandung! Kalau Kak Liyah nak, jom lah pegi klinik sekarang!" Jawabku setelah aku sudah mulai menguasai emosiku.

    "Yela.. Akak nak buat juga test nanti, tak perlu pegi klinik, akak dah bawak test pack dah! Buat sekarang akan nak tengok! Nah.. kencing kat sini!" Suruh Ka Liyah tegas.

Aku segera menurutinya. Aku tak merasa bersalah, jadi mengapa harus takut. Aku pergi keluar menuju tandas. Aku melakukan yang diperintahkan Kak Liyah. Rasanya aku ingin cepat-cepat menunjukkan di depan mukanya kalau aku gak hamil.

    "Yela... tapi kau tau juga kan, ada ditulis di kontrak dorang kalau tak boleh kawin!!" Aku mendengar Kak Liyah berseru. Siapa lagi yang berada didalam.

Aku terkejut saat melihat Fian juga didalam. Entah.. tiba-tiba aku malu.

   "Sudah? Letak atas meja, biar akak yang tengok!"

Aku meletakkannya di atas meja. Aku hanya tertunduk.

Kak Liyah mencelupkan test pack dan menunggunya sejenak.

    "Ok! Korang berdua duduk sini!" Katanya.

Rasanya sekarang aku seperti diinterogasi dengan guru BP karena kepergok pacaran di sekolah. Aku malu.

    "Jadi.. betul korang dah kawin?" Tanya Kak Liyah.

    "Ya.. kita memang dah kawin, tapi kami duduk masing-masing!" Jelas Fian. Aku hanya tertunduk.

JIRAN ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt