PULANG

250 18 0
                                    

    Kenapa semua berjalan secepat ini. Tiga tahun aku disini. Setahun lebih hidup sendiri, hidup dengan teman-temanku. Rasanya, aku ingi kembali saat itu. Saat aku masih lagi ceria. Hampir setahun hidup dengan Fian, hidup yang memberiku pengalaman baru, keluarga baru, kebahagiaan, luka, penderitaan. Dan sisanya, harus hidup sendiri lagi. Hari-hari yang berat, tapi buatku semakin kuat.

Akhirnya tiba masanya juga. Umurku sekarang 22 tahun, aku sampai lupa kalau dua bulan lalu, harusnya aniversary kita berdua, tapi buat apa diingat. Aku dan satu orang temanku saja yang pulang, semua masih sambung kontrak. Terlalu banyak kenangan, berat juga kaki ini melangkah. Tapi aku hanya bisa pasrah.

    "Aku nggak nyangka bebeb pulang..." Triyas memelukku dengan heboh.

    "Udah waktunya.." Jawabku.

    "Sambunglah makk..." Rengek Yuli.

    "Emak nak cari bapak baru lah.. " Jawabku bercanda.

Aku meneliti barang bawaanku. Tinggal beberapa jam lagi.

    "Udah nggak ada yang ketinggalan?" Tanya Nadia.

    "Udah.."

    "Salam buat bude sama pakde!" Kata Nadia lagi.

    "Iya.. kamu jamgan lama-lama disini!"

    "Gimana kamu nanti ngomong sama ortumu?" Tanya Triyas yang sebetulnya aku tidak mau membahas.

     "Nantilah dipikir!" Jawabku cuek.

Pukul 9 Pagi aku dijemput. Aku terbang pukul 12.30. Mereka semua ikut mengantarkan aku ke bandara. Dalam keadaan seperti inipun, aku masih saja berharap Fian datang memgantarku juga. Tapi tidak mungkin. Hal ini membuatku sangat diam. Sebelumnya aku memang tidak pernah berandai-andai tentang akhir hubungan ini, tapi aku tidak mengharapkan berakhir seperti ini juga.

     "Baik-baik ya Ris! Semoga semua cepat membaik!" Kata Selfi sambil memelukku.

Aku membenci semua ini. Aku masih ingin tinggal. Ingin hidup dengan mereka.

    "Bebeb hati-hati.. baik-baik di kampung, jangan give up ok!" Kata Triyas.

Aku tak sanggup membalas ucapan mereka.

    "Makk... baik-baik ya! Jangan sedih terus.. semangat!" Kata Yuli.

Aku melangkah pergi. Meninggalkan negeri Jiran ini. Menutup kisah lama, tanpa ku tau kapan akan kubuka kisah baru lagi. Tidak mudah kulupa, pasti akan teringat sepanjang hayat.

                                   ***

     Kosong. Tidak tau arah. Aku tau ini sangat buruk. Tapi aku benar-benar tidak tau harus apa. Sebulan sudah. Tidak terasa. Aku tau kedua orang tuaku menyadari ada yang salah semenjak kepulanganku. Tapi aku sama sekali tudak membahas apa-apa. Saat ibu menanyakan Fian, aku hanya menjawab ada, lagi kerja. Tapi aku tau, mereka tidak bodoh. Mereka menyadari sesuatu.

Aku pikir semua kisah cinta itu akan berakhir indah. Tapi nyatanya ini realita, bukan sinema. Betapa hebatnya Allah merancang semua ini. Aku hanya mausia yang sama sekali tidak ada apa-apanya. Ikhlas? Butuh waktu. Apalagi setelah Fian melakukan itu semua.

Aku tau aku semakin salah dengan hidup tetap seperti ini, tapi aku betul-betul pasrah, lebih tepatnya menyerah. Agak sakit, ketika membuka sosial media, kulihat Fian baik-baik saja dengan teman-temannya. Sedang aku.. hidup monoton seperti ini.

Aku sudah berjuang penuh demi cintaku. Bahkan aku sudah melakukan sesuatu, yang hanya aku dan Fian yang tau. Kuberikan tenggat waktu 3 bulan untuk Fian. Meskipun aku berusaha tidak berharap, tetap saja aku masih mengharapkannya tiba-tiba datang di depan rumah. Bodoh. Memang.

JIRAN ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant