Dia Tidak Menyerah

356 16 0
                                    

     Fian tak datang kerja hari itu. Baru kali ini aku melihat Fian begitu kacau. Baru kali ini aku melihat dia minum-minum, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Untungnya aku shift malam, aku memang bergadang sampai pukul 3 pagi. Sampai Fian tidur.

Pukul 2 siang, Fian keluar dari kamarnya. Matanya sembab sekali. Ia lngsung masuk ke kamar mandi. Aku langsung membuatkannya teh lemon hangat. Selesai mandi, Ia masuk kekamarnya sebentar dan langsung keluar lagi. Aku sengaja menunggunya di meja makan.

     "Lapar? Itu habiskan dulu tehnya!" Kataku begitu Fian datang.

Fian langsung duduk dan meminum tehnya sampai habis.

Aku memberinya sepiring nasi dan mengeluarkan tumis park choy dan sambal goreng udang. Aku hanya diam. Fian pun diam. Dia memakan nasi tanpa komentar. Sepertinya dia sudah baik-baik saja. Tapi aku tidak mau membahasnya lagi.

     "Aku tidur dulu!" Pamitku ketika dia sudah menghabiskan makanannya.

Aku membuka kulkas sebentar dan meminum milo es yang sudah kubuat. Mudah-mudahan membantuku untuk tidur. Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Fian tiba-tiba memelukku dari belakang. Milo es ini hampir saja aku sembur.

     "Maafkan abang.." Bisiknya.

Sebenarnya tidak begitu melukaiku, hanya saja melihat dia seperti itu, aku ikut menderita. Aku mengusap tangannya yang memelukku.

     "Aku takut tengok abang macam itu.. aku tak nak abang macam itu lagi.. kalau abang nak buat pun, jangan dirumah ini!" Kataku tegas.

    "Maafkan Abang.." Hanya itu yang mampu dia ucapkan.

    "Dah.. Rissa nak tidur, nanti Rissa kerja!"

Fian melepas pelukannya. Aku tersenyum singkat dan kemudian masuk kamar.

Sorenya Fian mengantarku pergi kerja sekalian dia pergi klinik mau ambil surat MC. Kami masih saling diam. Fian masih saja tampak terluka.

    "Kenapa sih Kak Rissa nggak mau cerita sekarang?! Kak Rissa udah pacaran kan sama Bang Fian? Padahal dulu hampir setiap hari Kakak cerita!" Yuli tiba-tiba saja bertanya hal nyeleneh lagi.

    "Maaf ya Yul.. Akhir-akhir ini aku banyak masalah! Masalah yang nggak boleh diceritain ke siapa-siapa! Iya aku pacaran sama Fian.. tapi ya gitulah!" Jawabku malas.

Yuli menghentikan pekerjaanya, berniat mendengarkan aku bercerita. Lebih tepatnya berharap aku bercerita banyak.

    "Kenapa? Jadian kok nggak seneng sih?" Tanyanya.

    "Banyak cobaannya!" Jawabku singkat.

    "Apaan sihhhhh! Bikin kepo aja!"

    "Yang jelas Siska itu masih ngejar mantanya itu!!" Mau nggak mau aku cerita juga. Daripada Yuli tanya macam-macam.

     "Bukan dia yang mutusin ya?"

     "Fian yang mutusin!"

     "Oh.. "

     "Sudahlah buat kerjamu! Aku malas bahasnya!"

Ketika jam pulang, tak biasa Fian sudah menungguku. Biasanya kadang-kadang saja aku bertemu dengnya. Kalau aku chat dia dulu, baru dia menemuiku. Dia menyerahkan bungkusan padaku.

     "Apa nih?"

     "Sarapan!"

     "Thankyou!" Jawabku singkat.

     "Ok.. aku balik dulu! Buat kerja elok-elok!"

Tiba-tiba saja Fian mengecup keningku. Aku terkejut dan langsung melihat kanan kiri, takut ada yang melihat. Aku mencium tangannya dan kemudian pergi.

JIRAN ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα