My Wife - Part 4

15.1K 1.5K 21
                                    

Tidak terasa sudah satu bulan berlalu kini Yoongi terlihat semakin yakin pada hatinya, bahwa ia memang sudah benar-benar jatuh pada pesona Park Jimin si duda beranak satu itu. Melihat tingkah lakunya setiap kali ia ke rumah Jimin untuk menemui Minji dan sekaligus berusaha menjadi contoh ibu yang baik untuk putra Jimin yang kini genap berusia enam bulan.

"Minji-ah, annyeong. Samchon datang lagi" sapa Yoongi pada bayi kecil yang baru hanya bisa melontarkan beberapa kata itu.

Bayi Minji terkekeh ketika Yoongi tak sengaja menguselkan pipinya di perut Minji.

"Eoh, Yoon kau sudah datang?" kata Jiyeon yang baru keluar dari arah dapur.

"Ne, eomonim" balas Yoongi.

"Dimana Jimin, Yoon?" kata Jiyeon.

"Aku disini, eomma" kata Jimin yang baru saja turun dari lantai atas.

"Aigoo, seharusnya kau menjemput Yoongi untuk datang, bukan Yoongi yang datang sendiri. Calon suami macam apa kau ini?" gerutu sang ibu.

"Gwaenchana, eomonim. Aku bisa datang sendiri, lagi pula aku membawa mobil" ucap Yoongi.

"Lain kali kau tidak usah bawa mobil, Yoon. Biar Jimin yang menjemputmu ke rumah" seru Jiyeon mengelus pipi halus Yoongi.

"Gwaenchana, eomonim. Aku bisa sendiri. Aku juga tidak ingin merepotkan Jimin, ia pasti juga sibuk" terang Yoongi.

"Aniya. Memang itulah tugas calon suami, Chagi. Dan Jimin calon suamimu"

Yoongi melirik ke arah Jimin, namun yang Yoongi lihat Jimin justru membuang mukanya kesamping. Yoongi tidak tau bagaimana perasaan Jimin juga untuknya. Yang Yoongi tau disini hanya dirinya yang tertarik pada Jimin dan ia tidak tau apakah Jimin juga tertarik padanya. Selama satu bulan mereka mengenal yang Yoongi dapatkan hanya Jimin yang terlalu tertutup padanya. Jika ia di ajak pergi Yoongi pun tau itu hanya karena sebuah paksaan dari calon ibu mertuanya.

Yoongi sudah berusaha untuk mengenal Jimin lebih dalam, tapi yoongi tidak tau mengapa Jimin begitu tertutup, dingin dan cuek terhadapnya. Apakah Jimin benar-benar tidak bisa menerimanya seperti ia yang berusaha menerimanya meskipun awalnya ia juga menolak? Tapi sekarang perasaan itu sudah tumbuh di hatinya, haruskah ia menerima penolakan?

Yoongi bingung, Yoongi tak tau harus bagaimana lagi untuk membuat Jimin agar melihatnya barang sekali saja. Ia sudah berusaha, tapi apakah Jimin juga tidak ingin berusaha sepertinya?
Maka Yoongi hanya tersenyum kecut dan merasakan perih di dalam hatinya yang mulai menjalar.

"Eomonim, apakah aku boleh ke taman belakang membawa Minji?" tanya Yoongi setelah kembali menatap kewajah calon mertuanya itu.

Jiyeon tersenyum setelah itu mengangguk. Tentu saja ia mengizinkan karena biar bagaimanapun juga rumah ini juga akan menjadi rumahnya dan tak lama lagi ia juga akan menjadi ibu untuk Minji. Lalu mengapa ia harus minta izin jika ingin membawa Minji bermain.

"Tentu saja, chagi. Silahkan. Kau bisa membawa Minji bermain sepuasnya" kata Jiyeon mengulas senyumannya.

"Gomawo" ucap Yoongi kemudian membawa Minji ke belakang.

"Kau tak ingin mengejarnya, Jim" ucap Jiyeon setelah melihat keduanya menghilang di balik tembok rumahnya.

Jimin menatap ibunya kemudian melihat keduanya berlalu dari hadapannya. Entahlah iapun tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Ia hanya merasa begitu jahat pada Yoongi.

Bukankah ia ingin yang terbaik untuk putranya? Dia juga tau bahwa Yoongi itu memiliki hati yang cukup baik dan tulus dalam memberikan kasih sayang pada putranya. Dia juga memiliki paras yang tak kalah cantik dari wanita di luar sana termasuk mendiang istrinya. Tapi mengapa rasanya begitu sulit menerima kehadiran Yoongi yang sebenarnya tanpa ia sadari sudah mulai memasuki hatinya perlahan-lahan. Namun Jimin itu bodoh hingga perasaan berdebar setiap kali ia bertemu tatap dengan Yoongi itupun ia abaikan.

My Wife || Minyoon [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang