🌟64 : Untuk Terakhir Kalinya🌟

350 57 60
                                    

Dahyun bersemedi di kamarnya, ditemani Gyuri yang bermain game di ponsel Dahyun. Ia tengah berpikir tentang Mingyu yang terlihat sangat marah. Ia rasa, baru sekarang dirinya melihat Mingyu semarah itu padanya. Dan rasanya begitu menyakitkan.

"Apa ketika aku memerahi mereka, orang-orang yang aku marahi akan merasa sakit hati seperti ini?" Dahyun sadar diri kalau dirinya sangat mudah marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ketika aku memerahi mereka, orang-orang yang aku marahi akan merasa sakit hati seperti ini?" Dahyun sadar diri kalau dirinya sangat mudah marah. Dulu, itu adalah hobinya. Namun, Dahyun baru sadar sekarang, kalau hobi itu begitu terlihat tidak keren. Bahkan, Dahyun baru tahu sekarang, perasaan sakit hati ketika dimarahi orang lain begitu menyakitkan.

Dahyun langsung bangkit. Mingyu bilang, meminta maaf itu bukanlah suatu hal yang buruk dan memalukan. Tapi, itu adalah tindakan dimana seseorang sangat berani mengakui kesalahannya. Bisakah Dahyun menjadi sosok pemberani itu? Dia pernah meminta maaf pada Joshua tanpa sadar. Namun setelahnya, rasa malu menjalar dalam hati.

"Apa yang harus aku katakan padanya?"

"Eonni kenapa?" tanya Gyuri yang sedari tadi memperhatikan Dahyun.

Dahyun menggeleng. "Emmhh.... Gyuri-Ya, apa kamu pernah dimarahi?"

Gyuri berpikir dan mengangguk. "Appa-ku olang jahat. Dulu, dia selalu memalahiku dan memukulku. Beluntung Juhoon Oppa selalu menolongku. Namun, kalena Juhoon Oppa menolongku, dia yang di pukul Appa. Olang tua Juhoon Oppa hampil melapolkan Appa pada polisi. Tapi, Appa malah membunuh olang tua Juhoon Oppa."

Tidak, Dahyun tidak meminta Gyuri menceritakan kisahnya. Ia hanya ingin menanyakan perasaan Gyuri kalau dimarahi seseorang.

Dahyun bangkit dan menghampiri Gyuri. Ini pasti berat untuknya. Gyuri tidak menangis seperti biasanya, gadis kecil itu hanya menunduk dan terlihat mendung.

Dahyun menarik Gyuri ke dalam pelukannya. Entahlah, mungkin hanya Gyuri yang mampu ia peluk tanpa ragu. Air mata tidak bisa ia bendung. Beruntung Dahyun memiliki orang tua yang sayang padanya. Ia ingin marah pada Tuhan, mengapa gadis kecil seperti Gyuri harus mendapatkan beban itu. Dirinya saja yang sudah besar merasa terbebani oleh masalah tentang jauh dari orang tuanya. Apalagi Gyuri?

Dahyun sungguh menangis. Dan karena mendengar Dahyun menangis, Gyuri jadi ikut bersedih.

"Eonni, jangan menangis. Aku jadi ingin menangis. Kata Juhoon Oppa, aku halus kuat, aku tidak boleh menangis telus." Gyuri menghapus air matanya. Namun air bening itu kembali turun. "Eonni.... Bagaimana ini? Aku sudah beljanji pada Juhoon Oppa untuk tidak menangis. Aku belbuat salah kalena melanggalnya. Aku halus minta maaf padanya. Tapi, bagaimana calanya aku mengatakan maaf? Mataku malah telus bocol."

Dahyun menghapus air matanya sendiri. "Kalau begitu, hapus air matamu juga. Eonni tidak akan melaporkanmu pada Juhoon."

Gyuri menggeleng. "Kata Minju Oppa, aku tidak boleh belbohong. Aku takut gigiku semakin ompong."

═❖•Lean On Me•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang