🌟24 : Naik Bus🌟

360 53 0
                                    

Dahyun berjalan dari kelas sampai ke gerbang sekolahnya dengan menundukkan kepala. Matanya menatap daratan yang ia pijak, tetapi otaknya malah sibuk memikirkan sebuah masalah yang kini sedang dihadapinya.

Bagaimana, ya? Uangku tidak akan cukup untuk naik taksi. Aku juga tidak tahu caranya naik bus. Ahhh... Ini gara-gara Eomma yang selalu melarangku melakukan ini dan itu. ~ Kim Dahyun

Dahyun belum pernah menaiki bus umum. Jika ia naik bus sendirian, Ia takut disangka orang udik yang nyasar di kota.

Bagus... Aku tidak tahu harus naik bus ke jurusan yang mana. Lalu... Bagaimana caranya agar aku bisa pulang ke Panti? ~ Kim Dahyun

Duk

Bahu Dahyun bertabrakan dengan bahu kokoh orang lain, tapi karena Dahyun sedang pusing memikirkan masalahnya, ia tetap berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.

"Dih, itu bocah. Yak! Dahyun-Ssi!"

Dahyun yang dipanggil dengan suara yang terbilang keras, tidak menoleh. Ia masih tetap menunduk dan bergumam tidak jelas.

"Si nenek gayung kenapa, ya? Apa dia ada masalah? Mengapa dia menunduk terus? Tulang lehernya tidak mungkin patah, kan?" ujar seseorang yang sudah dipastikan itu Mingyu. Siapa lagi yang memanggil Dahyun dengan panggilan 'Nenek gayung' selain Mingyu seorang?

Tadi, Mingyu memang sengaja menabrakan bahunya. Soalnya ia ingin menyadarkan Dahyun yang terlihat sedang melamun.

Mingyu memutuskan untuk menghampiri Dahyun yang berjalan lambat seperti siput.

Duk

"Awh... Siapa, sih, yang menyimpan pagar di sini?" ringis Dahyun sambil mengusap jidatnya. Ia menatap nyalang ke arah pagar yanh tak bernyaawa itu.

"Heol... Selain senang menyalahkan orang lain, ternyata... Kau juga senang menyalahkan benda mati." ujar Mingyu yang kini ada di samping Dahyun. Tadinya ia mau menarik bahu Dahyun agar Dahyun tidak menabrak pagar, tapi ia terlambat.

"Sudahlah, jangan banyak bicara! Jangan menambah rasa pusing di kepalaku! Aku sedang tidak ingin berdebat!" ketus Dahyun yang masih setia mengusap jidatnya.

Mingyu menghela napas, benar dugaannya. Dahyun suka marah-marah karena hal sepele jika ia sedang ada masalah. "Kenapa? Apa kau bertengkar dengan si bule?"

Dahyun mengernyitkan alisnya. "Akhir-akhir ini, mengapa kau sering membawa-bawa Vernon Oppa dalam perbincangan? Ada apa dengannya?"

Mingyu menggeleng kaku. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja... Aku sudah jarang melihat kebersamaan kalian. Dan akhir-akhir ini kau sering melamun. Aku pikir kau sedang ada masalah dengan si bule."

"Kami tidak ada masalah apa pun. Memangnya kenapa? Apa kau mengharapkan aku memiliki masalah dengannya?" tanya Dahyun dengan tatapan yang mengintimidasi.

Mingyu hanya mendengus. Niat baiknya selalu saja dipandang negatif.

"Tunggu... Mengapa kau tahu jika aku jarang bersama Vernon Oppa?" tatapan curiga sangat jelas terpancar dimata Dahyun. Mulutnya terbuka lebar saat otaknya baru menyadari sesuatu. "Apa kau selalu menguntitku?"

Pletak

Satu sentilan Dahyun dapatkan dari Mingyu.

"Yak! Appo..." pekik Dahyun yang pasti sangat tidak terima dengan perlakuan Mingyu yang tiba-tiba menyentil jidatnya yang sedikit benjol. Sakit hasil kecupan pagar saja masih ia rasakan, dan sekarang malah di tambah dengan sentilan.

═❖•Lean On Me•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang