🌟14 : Mengucir Rambut🌟

392 65 8
                                    

Dari pintu dapur, Dahyun mengintip Mingyu dan Jaemin yang menggiring anak laki-laki ke kamar mandi.

Dahyun bertanya dalam benaknya, anak-anak dimandikan oleh Mingyu dan Jaemin, lalu bagaimana dengan anak perempuan? Apa selama ini anak-anak perempuan selalu dimandikan oleh Mingyu?

"Seolma... Dia pedofil?"

"Tidak, anak perempuan, Ahjumma yang memandikannya."

Dahyun langsung melirik ke samping, ia mendapati Park Ahjumma sedang tersenyum kepadanya.

Hah? Apa Ahjumma dapat membaca pikiranku? ~ Kim Dahyun

"O-oh..." perlahan tapi pasti, Dahyun menegakan tubuhnya.

Park Ahjumma hanya terkekeh saat melihat reaksi malu Dahyun. "Kamu tidak akan sekolah?" tanya Park Ahjumma lembut.

Dahyun hanya menggelengkan kepala. Ia sedang malas berurusan dengan dunia sekolah.

"Dahyun-ah, Mingyu bilang, kamu satu sekolah dengannya, apakah itu benar?"

"Ne... Kami satu sekolah."

"Bagus kalau begitu, Ahjumma bisa menitipkanmu pada Mingyu."

"A-ahjumma, tidak usah. Aku sudah besar, jadi tidak perlu harus di titip-titipkan lagi. Kim Dahyun sudah besar, aku bukan anak kecil lagi."

Park Ahjumma tersenyum dan mengelus rambut Dahyun yang masih berantakan.

"Ya, sudah. Kalau begitu, habis anak-anak, giliran kamu yang mandi." ujar Park Ahjumma dan berjalan pergi menghampiri Mingyu.

"Mingyu-ya, Jaemin-ah, sudahlah, kalian pergi sekolah saja. Biar Eommonim yang mengurus mereka."

Mingyu dan Jaemin keluar dari kamar mandi yang langsung mendapati Dahyun yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kau tidak sekolah?" tanya Mingyu dari jauh sambil berjalan ke arah Dahyun.

Dahyun hanya melirik Mingyu, dan tanpa menjawab langsung pergi masuk ke sarang barunya—kamar Mingyu.

Mingyu dan Jaemin saling bertukar pandang dan mengangkat bahu, tidak peduli dengan keanehan sikap Dahyun yang memang selalu aneh.

Mingyu dan Jaemin pergi sarapan terlebih dahulu.

Setelah sarapan, Mingyu berjalan ke kamarnya dan mengetuk pintu kamar yang di tempati Dahyun.

Ceklek

Pintu terbuka berbarengan dengan tas ransel besar yang melayang ke arah Mingyu.

"Yak!" beruntung Mingyu adalah anak basket yang bisa langsung refleks menangkapnya.

"Kau hanya mau mengambil itu kan?" ujar Dahyun dan langsung menutup pintunya kembali.

"Cih... Anak korban jajahan melampiaskan dendamnya dengan menjajahku." rutuk Mingyu pelan dan bergerak memakai tas ransel besarnya di punggung.

Setelah pamit, Mingyu dan Jaemin berangkat bersama-sama dengan sepedanya masing-masing.

Sedangkan di kamar Mingyu, Dahyun tersenyum senang saat melihat wajah kesal pemilik kamar yang ditempatinya ini.

Sebenarnya, tadi Dahyun penasaran dengan isi tas sekolahnya Mingyu yang terlihat berat. Ia membukanya dan isinya banyak sekali buku tebal.

Bahkan, tadi Dahyun sempat membuka salah satu buku catatan pelajaran matematika milik Mingyu, dan dalam hitungan persekian detik langsung di tutup kembali. Ia merasa pusing saat deretan rumus menari-nari di halaman buku catatan Mingyu, dan saat itu kebetulan ada yang mengetuk pintu yang Dahyun yakini adalah Mingyu yang akan masuk untuk membawa tasnya, jadi entah dorongan dari mana Dahyun ingin membawakan tas itu untuk Mingyu, ya, walaupun memberikannya dengan cara di lempar.

═❖•Lean On Me•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang