🌟 S Part 🌟

14.7K 1.3K 163
                                        

🌟

Suatu hari di Darkmoon Pack...

"Luna, aku ingin menanyakan sesuatu".

Rachel menyerit, menatap penasaran dengan Anna yang terlihat membara-bara melihatnya.

"Apa... Anda pernah berkencan?".

Keduanya sama-sama terdiam, menatap satu sama lain. Bedanya, tatapan mereka sangat berbeda, Anna yang terlihat berbinar penasaran dan Rachel yang menyerit.

"Kencan..."

"Apa itu? Apa sebuah acara?".

"Berarti anda belum pernah".

Rachel mengendikkan bahunya, meminum jus Alpukat dengan santai.

"Memangnya itu perlu?".

Anna menepuk dahi, menatap lelah kepada Sang Luna yang kelewat polos seperti anak kecil. Yah, sepertinya dia harus mengajarkan sesuatu.

"Baiklah Luna, saya akan memberitahu anda seeemuaaanya!".

...

Brak.

Seorang pria terlihat tenang menulis sesuatu, dengan banyak tumpukan kertas disekitar meja kayunya yang besar. Pria itu bahkan tak bergeming ketika pintu besar kantornya di buka lebar-lebar dengan keras. Matanya masih fokus dengan sejumlah data dan berkas Pack yang menumpuk dan perlu dikerjakan.

"Rafael..."

Pria itu masih diam, menyangga kepalanya dengan sebelah tangan sembari menulis laporan. Seakan panggilan barusan tak terdengar.

"Rafaeel! Aku tau kau mendengarku".

"Hmm". Pria itu bergumam, membiarkan saja gadis mungil itu berdiri didepannya dengan wajah kesal.

"Heei dengarkan aku". Rachel menggoyang-goyang lengan yang menjadi tumpuan kepala pria itu, merengek seperti anak kecil.

"Apa?". Tanya nya tanpa mengalihkan pandanganya pada tumpukan kertas yang lebih membutuhkan perhatiannya.

"Mmm... Begini...".

Gadis itu menunduk, meremas tangannya bingung bagaimana caranya menjelaskan yang ingin dia katakan.

"Mmm... Ah bagaimana cara mengatakannya". Gumamnya kecil, mengalihkan wajah ke arah lain.

Sial, aku tidak mengerti tentang hal ini. Tapi kenapa rasanya malu untuk mengatakannya? Batin Rachel mendesis kecil.

"Ayokitakencan".

"Hm?". Pria itu berdehem tak mengerti, tapi perhatiannya masih saja pada lembaran kertas menyebalkan yang ingin sekali dibakar Rachel.

Rachel berdecak sebal, bukannya pria itu pintar? Harusnya dia mengerti ucapannya barusan. Rachel memaksakan senyum, ia baru sadar. Rafael itu pintar, tapi dia sulit mengerti hal semacam ini pasti.

"Ayo, jalan-jalan, makan bersama, pergi bersama, atau bermain bersama ke suatu tempat". Ucap Rachel menarik-narik lengan Jas biru donker sang Alpha.

"Bukannya kita sering melakukannya?". Rafael berkata sambil mengangkat salah satu laporan didepannya dan mencocokkan dengan yang lain.

"Bukaan, itu kan ramai-ramai. B-berdua saja" gadis itu menunduk, terbata-bata.

"Tapi aku sedang sibuk, laporan ini menumpuk sebulan saat mencarimu kemarin". Pria itu menoleh, menatap Rachel sambil menunjukkan tumpukan kertas yang menggunung di mejanya.

Moonlight [ REVISI ]Where stories live. Discover now