Holy Shit! It's not happening! 31

6.9K 286 18
                                    

Beberapa menit setelah aku dan Drake kembali ke istana dan membersihkan tubuh dari noda cat, Drake dan Will muncul di kamarku dan mengajakku makan malam.

Begitu kami bertiga berjalan menuju dapur istana, salah satu koki disana langsung menyeletuk. "Uh-oh, tidak. Anda tidak berencana untuk memasak lagi, kan, Pangeran Drake?"

Drake sontak menyerigai. Kedua mata birunya berkilat jahil. "Sebenarnya aku berniat membuatkan makan malam untuk Amy." Jawabnya.

Wajah koki itu langsung berubah pucat seakan Drake barusaja mengumumkan berita kematiannya. Drake langsung tertawa melihatnya.

"Tidak perlu khawatir, Joe." Katanya. "Kalau Will ada disini, aku tidak perlu repot-repot mencuci sayur atau memotong bawang lagi. Sudah cukup sekali saja aku memasak makanan."

Wajah Joe langsung berubah lega. "Syukurlah." sahutnya. "Aku tidak ingin lagi alat-alat dapurku sampai meleleh lagi."

Sampai meleleh?! Kedua mataku otomatis langsung melebar. Tunggu, tunggu. Ini alat-alatnya memang kualitasnya jelek atau kemampuan Drake dalam memasak memang menyedihkan?! Tetapi aku merasa ragu kalau alat-alat dapur KERAJAAN demon berkualitas rendah. Jadi kurasa hanya ada satu kemungkinan.

Drake hanya menyerigai malu-malu. "Aku kan hanya berpikir masakannya akan lebih cepat jika aku menambah apinya."

Will menoleh ke arah Drake. "Kamu memakai nyala apimu untuk membuat masakannya cepat matang?" tanyanya dengan kening berkerut.

"Uhm." Angguk Drake, terlihat malu.

"Pantas saja." Sahut Will, memutar bola matanya.

Aku menatap Drake dan Will dengan wajah bingung. Nyala api-'mu'?

Melihat ekspresiku, Will menjelaskan. "Drake memiliki kekuatan api biru yang jauh lebih panas dari api merah yang biasanya." Dia menghela nafas. "Aku heran dapur ini tidak terbakar habis saat dia memasak."

Drake menyerigai jahil. "Kamu harus berterima kasih pada Joe mengenai ini." Katanya. "Reaksinya cepat sekali ketika menangani semua kekacauan yang kubuat."

Aku menatap Joe dengan pandangan penuh simpati lalu mengalihkan mataku pada Drake. "Kamu seharusnya tidak perlu repot-repot membuatkan makanan untuk kami." Kataku.

Drake memasang wajah sedih. "Apakah kamu mengatakan kamu tidak ingin lagi memakan masakanku?" tanyanya. "Apakah rasanya begitu tidak enak?"

Aku menahan senyumku. "Aku tidak berkata tidak enak dan tentu aku ingin makan masakanmu lagi." jawabku. "Hanya saja aku lebih suka menghindarkan dapur dan orang-orang di sini dari bencana."

Drake tertawa. "Aku sependapat." Katanya. "Aku tidak tahu apa yang merasukiku saat itu tetapi cukup sekali seumur hidup. Aku punya Will yang bisa membuat makanan tanpa membahayakan nyawa seluruh koki di dapur ini."

Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan senyumku. "Kurasa daripada memasak, kamu lebih baik menggambar sketsa di bukumu." Kataku.

"Drake menunjukkan sketsanya padamu?" tanya Will, menatapku.

"Sebenarnya aku yang mencuri-curi pandang ke arah bukunya." Jawabku, mengaku.

"Oh. Aku tidak tahu kalau Anda senang menggambar, Pangeran Drake." Celetuk Joe.

"Drake memang tidak pernah mau menunjukkan lukisannya pada orang lain." Sahut Will, mulai bekerja membuat makan malam. "Joe, setelah kamu selesai membuatkan makanan untuk raja, kamu bisa langsung kembali ke kamar. Aku akan membersihkan peralatan makan kami."

"Baik, Pangeran." Joe mengangguk. Tidak lama kemudian, dia keluar dari dapur sambil membawa makanan untuk raja.

"Joe tidak membuat makanan untuk ratu, Alex, dan Lys?" tanyaku.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang