Holy Shit! It's not happening! 15

8.3K 399 16
                                    

Surprise!!!

Aku tahu aku berkata kalau aku akan mengupload chapter berikutnya beberapa hari lagi tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengupload begitu chapter ini selesai!

Ya ampun guys. Aku tidak menyangka cerita ini mendapat 110 vote!

Aku benar-benar senang dan terharu melihat ada yang masih membaca cerita ini. Apalagi memberi vote atau komentar (ini sangat amat berarti sekali bagiku). Pikiranku selalu dihantui dengan pertanyaan: bagaimana aku bisa berterima kasih pada kalian? Aku selalu menerima dari kalian (jumlah pembaca, vote, komen). Sekarang aku ingin memberikan sesuatu untuk kalian sebagai balasannya.

Menurutku, ucapan 'terima kasih' terlalu sederhana. Namun, aku tahu aku tidak bisa memberikan kado seperti uang atau apa untuk masing2 dari kalian. Aku tahu ini masih sederhana tetapi tolong terima chapter ini sebagai kado terima kasihku untuk kalian semua!! Terima kasih sudah memberiku sesuatu yang berharga!

***

Aku sedang meraih pudding vanillaku di dalam kulkas, ketika tiba-tiba sepasang lengan melingkar di pinggangku.

"Halo, Sweetheart." Bisik seseorang, mencium telingaku.

Nafasku tercekat. Jantungku nyaris berhenti saking kagetnya.

"Drake!" seruku, mendorongnya. "Jangan membuat orang kaget seperti itu!"

Drake menyerigai lalu memelukku.

"Kalau aku minta maaf, apakah kamu akan memberikan sepotong pudding vanilla padaku?" tanyanya dengan nada manis.

"Tentu saja... tidak!" jawabku, membawa pudding vanillaku ke ruang tamu.

Seseorang yang familier menyambutku di sana.

"Will!" seruku, terkejut.

Will tersenyum lalu berjalan menghampiriku. Seperti saudara kembarnya, dia meraihku dalam pelukannya lalu mengecup pipiku.

"Kamu datang bersama Drake?" tanyaku, tidak percaya melihatnya berada disini.

"Iya." Jawabnya, mengangguk. Dia menatapku lekat. "Kamu terlihat lelah." Jarinya bergerak menyusuri kulit di bawah mataku. "Apakah kamu beristirahat dengan cukup?"

Aku merasakan jantungku berdetak lebih kencang daripada biasanya. Bibir Will hanya beberapa senti dari bibirku. Aku bisa mencium wangi mint dari nafasnya.

Drake yang berdiri tidak jauh dari kami, berdehem keras.

"Aku... memang kurang tidur." Kataku, tersadar. Aku berjalan ke sofa dan menaruh pudding vanillaku di atas meja.

Aku melirik Drake dan Will dan melihat syal putih di leher mereka.

"Ah, kalian memakainya." Kataku, tersenyum.

Drake dan Will menoleh, melihat tatapanku di syal mereka. Mereka kemudian tersenyum.

"Tentu aku menyukainya." Kata Drake.

"Terima kasih atas syalnya." Kata Will. "Aku merasa ini syal terhangat yang pernah kupakai."

Aku tersenyum. "Aku senang kalian menyukainya." Kataku.

Aku tidak menyangka mereka menyukai syal sederhana itu. Aku membuat syal itu sendiri. Mungkin kalau aku tidak terbiasa merajut syal dan tidak memiliki kecepatan di atas rata-rata, aku tidak akan bisa menyelesaikannya selama seminggu.

Drake dan Will saling bertatapan.

"Kami juga punya kado untukmu, Amy." Kata Drake, tersenyum. Dia berjalan mendekatiku sambil melepas anting di telinganya.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang