Holy Shit! It's not happening! 20

7.8K 364 15
                                    

I, I'll get by

I, I'll survive

When the world's crashing down

When I fall and hit the ground

I will turn myself around

Don't you try to stop me

I, I won't cry

****

Sekarang aku sudah berada di ujung hutan yang merupakan perbatasan dengan negeri kami.

Aku tidak tahu harus pergi kemana. Aku benar-benar berharap Vic ada disini sekarang.

Aku bersandar di bawah sebuah pohon sambil memeluk lututku. Dahiku menempel di atas lenganku. Sesuatu di dalam diriku runtuh begitu keputusan final dari raja keluar. Aku tahu mereka tidak akan berpihak padaku. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka membuatku merasa seperti barang yang dibuang begitu tidak berguna. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka membuatku merasa terluka. Seharusnya aku tidak membiarkan diriku berharap mereka akan mengerti situasiku.

Aku merasakan rintik-rintik air hujan turun mengenaiku.

Tidak ada tempat perlindungan. Tidak ada rumah. Tidak ada Vic. Tidak ada Nat. Tidak ada tujuan. Tidak ada apa-apa. Aku merasakan sebuah lubang mengangga di dalam diriku.

Aku memeluk lututku lebih erat. Jari-jariku bersentuhan dengan logam dingin di jariku. Cincin Drake. Aku tersenyum tipis. Paling tidak, aku masih memiliki mereka.

Aku tahu aku malah akan membuat Will kesulitan setelah aku memanggilnya tetapi aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk bersandar sebentar.

Agak ragu, aku menyentuh cincin itu lalu berbisik, "Will Vorestasieena."

Beberapa detik kemudian, Will muncul. Dahinya berkerut ketika dia menatap sekelilingnya. Kerutan di dahinya semakin dalam saat melihatku.

"Amy? Apa yang terjadi?" tanyanya, menghampiriku. Dia lalu menciptakan perlindungan agar kami tidak terkena hujan yang mengguyur deras.

Will berjongkok di depanku, satu lututnya menyentuh tanah. Aku langsung memeluknya.

Tidak, aku tidak akan menangis. Aku sudah membiarkan mereka membuatku merasa terluka. Aku tidak akan membiarkanku menangis karena 'mereka'.

Aku menutup mataku, menarik nafas dalam-dalam, mencium aroma cinnamon di tubuhnya. Aku bisa merasakan kebingungan Will. Walaupun begitu, dia mengangkatku lalu mendudukkanku di atas pangkuannya. Kedua tangannya melingkar di bahuku, membuatku merasa hangat.

Kami terdiam selama beberapa saat. Hujan sudah berhenti tetapi mendung masih menyelimuti di atas kami.

"Apa yang terjadi?" tanyanya, pelan.

Aku menghela nafasku. "Kamu bisa membaca pikiranku." Kataku, merasa tidak nyaman jika harus menceritakannya melalui kata-kata.

Aku membuka pikiranku lalu memberinya gambaran mengenai apa yang terjadi. Begitu aku selesai memberinya gambaran, aku bisa merasakan tubuh Will berubah menjadi tegang.

"Will?" ucapku, menatapnya.

Mata birunya beralih menatapku. Wajahnya penuh dengan ekspresi tidak bisa kubaca. Tiba-tiba, aku merasakan tubuhnya sedikit tersentak.

"Ada apa?" tanyaku, cemas.

Will memegang kepalanya dengan satu tangan. Dahinya berkerut selama beberapa saat.

"Maaf, tadi Drake berteriak padaku, bertanya tentang keadaanmu." Katanya.

"Dimana dia?" tanyaku.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang