Cybil [10]

8.5K 1.5K 51
                                    

Perjalanan ke Bali membuat Cybil bahagia, lebih dari perkiraannya. Dia tak pernah mengira bahwa Quentin akan menyusul. Belum lagi pertemuan dengan calon donatur yang memang menetap di pulau itu, Dewa Ardika. Ketertarikan lelaki itu pada organisasi yang dibentuk Cybil, memberi harapan bahwa mereka akan segera bekerja sama.

Gilda memang mendapati mereka sedang berciuman, tapi Cybil tidak merasa keberatan. Lagi pula, toh tak lama lagi dia akan mengumumkan pernikahannya dengan Quentin. Tinggal tunggu waktu sebelum Gilda mengetahui hubungan sesungguhnya Cybil dan Quentin. Meski memiliki hubungan dekat dengan Gilda, Cybil tidak bisa benar-benar terbuka untuk masalah pribadi. Dia ingin menyimpan bagian tertentu dalam hidupnya untuk diri sendiri.

Setelah urusannya dengan Dewa Ardika yang memiliki resor mewah di daerah Ubud dan Legian selesai, Cybil langsung menuju lobi. Karena dia tahu suaminya menunggu di sana. Ketika dia tidak mendapati Quentin di tempat itu, Cybil berniat hendak menelepon pria itu. Namun dia belum sempat meraih ponsel dari dalam tasnya saat Quentin dan Gilda melewati pintu masuk. Cybil melambai ke arah keduanya.

"Kalian dari mana?" tanya Cybil. Tatapannya tertuju pada Quentin yang terlihat serius. Lelaki itu memang tersenyum ke arahnya, tapi tampak jelas jika dia sedang memikirkan sesuatu.

"Kami keliling di sekitar sini, Mbak," Gilda yang menjawab. "Tapi nggak lama karena terlalu ramai. Maklum, Kuta."

Ya, hotel tempat mereka menginap berada di kawasan Kuta yang tak pernah sepi. Sejak tiba di Bali dua hari lalu, Cybil belum sempat keluar dari hotel. Namun memang tujuannya ke Bali bukan untuk berlibur.

"Cy, balik ke kamar dulu, yuk," ajak Quentin. "Aku pengin mandi."

Entah kenapa, sejak menikahi Quentin, perempuan itu tak pernah berhasil melenyapkan bayangan bathtub raksasa di resor kakek mertuanya tiap kali mendengar kata "mandi" atau "kamar mandi". Pipi Cybil memanas sebagai respons.

"Oke."

Setelah berpamitan pada Gilda, pasangan itu pun langsung menuju lift. Quentin menggenggam tangan Cybil dan nyaris tak bicara hingga mereka tiba di kamar. Ini malam terakhir mereka di Bali sebelum terbang ke Jakarta esok siang.

"Kamu kenapa? Kok kayaknya lagi bete. Nggak kayak biasa," celetuk Cybil, tak tahan dengan kebisuan yang memerangkap mereka.

"Nggak apa-apa, kok. Cuma lagi mikirin sesuatu, soal kerjaan."

"Emangnya ada masalah di kantor?" desak Cybil. Quentin baru saja menutup pintu kamar.

Quentin tertawa kecil. "Mikirin kerjaan bukan berarti ada masalah, Cy," balas suaminya dengan suara lembut. "Gimana hasil meeting-nya? Ada sinyal positif?"

"Mudah-mudahan. Belum janji apa-apa tapi keliatannya dia tertarik banget."

Quentin berdiri di depan sang istri, mencubit dagu Cybil. "Optimis aja, semoga dia beneran tertarik. Kalaupun nggak, langit belum akan runtuh dalam waktu dekat. Kamu masih punya aku."

Cybil tersenyum mendengar kalimat suaminya. "Aku memang beruntung, kan?"

"Banget," balas Quentin percaya diri. "Aku mandi dulu, ya? Baru keliling sebentar, badan udah lengket nggak keruan."

"Oke. Selama kamu mandi, aku mau pesan makan malam, ya? Tapi makannya di sini aja. Aku capek."

Quentin buru-buru menggumamkan persetujuannya. "Aku pun memang berniat untuk menyekapmu di kamar sampai pagi."

Cybil geleng-geleng kepala. "Makin lama, kamu makin fasih aja ngomong jorok."

"Aku nggak ngomong jorok, Cy. Kamu aja yang otaknya nggak beres."

The Sexy Secret [Terbit 19 Januari 2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang